Langgar Merdeka berdasarkan prasasti yang tertulis pada dindingnya 7 Juli 1877 hingga kini masih berdiri megah. Foto Zah
----------------------------------------------------
Gugat86.com- Langgar, surau, mushalla yang di Jawa dikenal sebagai Masjid kecil, selain juga menjadikan tempat kajian Islam, juga diperuntukkan salat berjamaah. Hanya saja, tidak seperti masjid Jamik pada umumnya, dipakai untuk salat Jumat. "Langgar, surau, mushalla, biasanya tidak menggelar jumatan. Demikian juga Langgar Merdeka, dipakai salat berjamaah tetapi tidak untuk jumatan,"terang Karyanto, takmir langgar Merdeka.
Menceritakan tentang Langgar Merdeka, lanjut Karyanto, bisa jadi, langgar merdeka ini memiliki keunikan tersendiri dibandingkan langgar juga masjid pada umumnya. Pada bangunan menara yang biasa untuk mengumandangkan adzan. Pada umumnya, bangunan menara masjid atau mushalla, terpisah dari bangunan induk. Tidak demikian dengan Langgar Merdeka, menyatu dengan bangunan induknya dari mulai lantai dasar.
Langgar yang ada di jalan Dr Rajiman No 565, Sayangan, Laweyan, Solo ini merupakan icon. mascot, tetenger sekaligus penunjuk arah bagi siapa saja yang hendak ke Kampung Batik Laweyan. Selain unik pada menara, juga unik sejarahnya. Bangunan lantai dua yang diatasnya diperuntukkan salat jamaah juga kegiatan Islam lainnya, untuk lantai dasar dipergunakan untuk kegiatan ekonomi penunjang kemakmuran langgar.
Menariknya, sebelum dimanfaatkan sebagai tempat kegiatan Islam, sebelum dibeli dan diwakafkan H. Imam Mashadi dan Hj Aminah Imam Mashadi sekitar tahun 1942, semula milik orang Cina yang dipakai untuk berdagang Candu ( jenis narkoba saat itu). Tahun itu pula, langsung oleh Mashadi dibangun hingga memakan waktu tak kurang 4 tahun. Selesai pada 26 Pebruari 1946 yang langsung diresmikan penggunaannya sebagai langgar oleh Menteri Sosial pertama di Indonesia, Mulyadi Joyo Martono.
Langgar Merdeka, diambil dari masyarakat Laweyan yang berkeinginan untuk memperingati kemerdekaan. Hanya saja, pada saat agresi militer II Belanda, sekitar tahun 1949 diganti dengan nama Langgar Al Ikhlas, lantaran dilarang pemerintah Belanda waktu itu untuk tidak menggunakan kata "Merdeka". Begitu agresi militer Belanda ke II berakhir, sekitar tahun 1950 kembalilah Langgar Merdeka dimunculkan mengganti nama Langgar Al Ikhlas. "Alhamdulillah... beberapa kali Langgar Merdeka ini dijatuhi bom, namun tidak pernah meledak mengenai langgar. Malahan jatuh di luar area dan tidak meledak. Yang pasti, itu semua karena pertolongan dari Allah SWT," jelas Karyanto sambil menambahkan jika Langgar Merdeka termasuk heritage, cagar budaya yang keberadaannya dilindungi oleh negara. ( Yan 1 )
----------------------------------------------------
Gugat86.com- Langgar, surau, mushalla yang di Jawa dikenal sebagai Masjid kecil, selain juga menjadikan tempat kajian Islam, juga diperuntukkan salat berjamaah. Hanya saja, tidak seperti masjid Jamik pada umumnya, dipakai untuk salat Jumat. "Langgar, surau, mushalla, biasanya tidak menggelar jumatan. Demikian juga Langgar Merdeka, dipakai salat berjamaah tetapi tidak untuk jumatan,"terang Karyanto, takmir langgar Merdeka.
Menceritakan tentang Langgar Merdeka, lanjut Karyanto, bisa jadi, langgar merdeka ini memiliki keunikan tersendiri dibandingkan langgar juga masjid pada umumnya. Pada bangunan menara yang biasa untuk mengumandangkan adzan. Pada umumnya, bangunan menara masjid atau mushalla, terpisah dari bangunan induk. Tidak demikian dengan Langgar Merdeka, menyatu dengan bangunan induknya dari mulai lantai dasar.
Langgar yang ada di jalan Dr Rajiman No 565, Sayangan, Laweyan, Solo ini merupakan icon. mascot, tetenger sekaligus penunjuk arah bagi siapa saja yang hendak ke Kampung Batik Laweyan. Selain unik pada menara, juga unik sejarahnya. Bangunan lantai dua yang diatasnya diperuntukkan salat jamaah juga kegiatan Islam lainnya, untuk lantai dasar dipergunakan untuk kegiatan ekonomi penunjang kemakmuran langgar.
Menariknya, sebelum dimanfaatkan sebagai tempat kegiatan Islam, sebelum dibeli dan diwakafkan H. Imam Mashadi dan Hj Aminah Imam Mashadi sekitar tahun 1942, semula milik orang Cina yang dipakai untuk berdagang Candu ( jenis narkoba saat itu). Tahun itu pula, langsung oleh Mashadi dibangun hingga memakan waktu tak kurang 4 tahun. Selesai pada 26 Pebruari 1946 yang langsung diresmikan penggunaannya sebagai langgar oleh Menteri Sosial pertama di Indonesia, Mulyadi Joyo Martono.
Langgar Merdeka, diambil dari masyarakat Laweyan yang berkeinginan untuk memperingati kemerdekaan. Hanya saja, pada saat agresi militer II Belanda, sekitar tahun 1949 diganti dengan nama Langgar Al Ikhlas, lantaran dilarang pemerintah Belanda waktu itu untuk tidak menggunakan kata "Merdeka". Begitu agresi militer Belanda ke II berakhir, sekitar tahun 1950 kembalilah Langgar Merdeka dimunculkan mengganti nama Langgar Al Ikhlas. "Alhamdulillah... beberapa kali Langgar Merdeka ini dijatuhi bom, namun tidak pernah meledak mengenai langgar. Malahan jatuh di luar area dan tidak meledak. Yang pasti, itu semua karena pertolongan dari Allah SWT," jelas Karyanto sambil menambahkan jika Langgar Merdeka termasuk heritage, cagar budaya yang keberadaannya dilindungi oleh negara. ( Yan 1 )
Thanks for reading Langgar Merdeka Tetenger Kampoeng Batik Laweyan | Tags: Budaya
Next Article
« Prev Post
« Prev Post
Previous Article
Next Post »
Next Post »