Boleh jadi, apa yang dilakukan seorang ibu dengan kedua anaknya ini benar adanya. Tiada rotan, akarpun jadi. Maksudnya, mulai adanya kelangkaan penutup mulut dan hidung sebagai sarana penangkal Virus Corona, masker dan hand sanitizer, mungkin juga lantaran tidak faham fungsi keduanya dan mungkin pula tidak memiliki uang untuk membeli, sehingga dengan penutup plastik pun jadi.Tak hanya itu, kedua anaknya yang dibonceng selain ditutup rapat dengan plastik, tak lupa dipakaikan jaket dan penutup kepala. Sedang dirinya cukup yakin hanya menggunakan mantol plastik dan penutup kain untuk kepala. Mungkin dalam benaknya, selama apa yang menjadi himbauan pemerintah ditaati, meski dengan kesederhanaan serta yakin selalu berlindung akan kuasa Ilahi, segala sesuatunya akan beres. Dengan segala kesederhanaan tetap mengais rezeki.
Barangkali, ini keyakinan atau semacam kepercayaan run temurun dari masyarakat Jawa, Kota Solo khususnya bisa menjadikan penangkal dampak Virus Corona tersendiri. Artinya, kalau hati yang senantiasa gelisah, resah, putus asa lantaran wabah tak kunjung usai, mendadak kabar gembira yang datang dari langit itu tiba. Konon, bagi Wong Jowo kegelisahan akan datangnya bencana, wabah dan musibah, akan segera berakhir manakala wujud penampakan gaib Eyang Semar mulai tampak di langit.
Sumonggo saja, namanya kebudayaan yang tidak perlu diperdebatkan. Bagi yang meyakini silakan, tiada yang melarang. Untuk yang tidak percaya, juga tidak menjadikan masalah. Intinya, disini perlunya saling menghormati pendapat apalagi keyakinan dan kepercayaan orang lain. Yang jelas, dengan tidak lupa bahagia, ceria, tertawa dan selalu bergembira menjadikan imunitas daya tahan tubuh menjadi tinggi. Dampaknya segala macam penyakit, virus hingga Virus Corona (Covid-19) yang kini mendunia dan menakutkan itu, menjadiksn tubuh kebal akan paparannya. Maka dari itu, janganlah sekali kali lupa bahagia.
Sumonggo, silakan bagi yang memiliki sedikit dana serta peduli dengan dampak paparan Virus Corona (Covid-19) yang sangat menakutkan itu, bisa menyediakan hand sanitizer dan air secukupnya di depan pintu rumah. Dimaksudkan, selain untuk kepentingan pribadi dan keluarga bila hendak keluar atau masuk rumah selalu tangan dalam keadaan bersih. Pasalnya, tanganlah merupakan kali pertama sebagai wujud pemaparan ke tubuh. Tentunya, selain melalui saluran pernapasan, mulut dan hidung
Selain bisa dipergunakan untuk keperluan keluarga, peletakan hand sanitizer di depan pintu masuk rumah, juga bisa peruntukannya bagi tamu yang hendak berkunjung silaturahmi ke rumah. Meski kedua tangannya sudah steril bersih dari kuman, tidak ada salahnya posisi duduknya tetap terjaga. 1 sampai 1.5 meter. Tidak ada salahnya, tetap menghindari salaman, jabatan tangan. Apalagi cipika cipiki. Tidak dilupakan tetap memakai masker. Poin tidak lupa bahagia, kembali diperoleh.
Paparan Virus Corona (Covid-19) ini tanpa pandang bulu. Baik itu Presiden, menteri hingga pejabat lainnya, bahkan pengusaha pun bisa terpapar, tidak terkecuali rakyat. Disini, dibutuhkan rasa kepedulian akan kebersihan pribadi dan keluarga sangatlah diutamakan. Tidak terkecuali, usia bayi hingga orang tua. Sehingga sah dan wajar saja, jika Sinuhun Paku Boewono (PB) XIII Keraton Kasunanan Surakarta Hadiningrat dirasa sangat perlu mengeluarkan maklumat.
Di depan Kori Kamandungan Keraton Surakarta Hadiningrat, maklumat berukuran 3x3 itu di pasang. Himbauan ini diserukan u. selalu menjaga kebersihan tubuh secara pribadi dan keluarga. Baik itu putra putri Ndalem, Sentana Ndalem hingga abdi ndalem dan warga Baluwarti, sekitar keraton khususnya diminta peduli dengan dampak yang ditimbulkan oleh Virus Corona (Covid-19). "Untuk sementara waktu, pihak keraton belum bisa menerima tamu seperti biasanya," pesan Kanjeng Pangeran ( KP ) Edhy Wirabhumi yang ditempel pada pintu masuk kantornya. Kamandungan. # Yan 1.
------081325995968-------
Thanks for reading Jangan Lupa Bahagia Meski Diintai Corona | Tags: Budaya
Next Article
« Prev Post
« Prev Post
Previous Article
Next Post »
Next Post »