BRM Kusumo Putro SH MH, kalau saja Gibran Rakabuming Raka akhirnya melawan kotak kosong, Kiamat Demokrasi terjadi di Solo. Foto : Yan 1.
--------------------------------------------------------------
GUGAT86.com. SURAKARTA. Bukan tanpa alasan inisiator Gerakan Rakyat Untuk Daerah Kota Surakarta (Garuda), BRM Kusumo Putro SH mengatakan demikian. Kiamat Demokrasi akan terjadi bersamaan dengan Pilkada Surakarta (9/12/2020) tahun ini. "Apalagi kalau kotak kosong sudah menjadikan simbol perjuangan, kiamatlah demokasi di Kota Solo,"tegas Kusumo di depan awak media saat makan siang bersama di KQ 5 Ayam Bakar Wongsolo Grup, Penumping, Solo. Minggu (19/7/2020) siang.
Ditandaskan Kusumo, sapaan akrab BRM Kusumo Putro SH MH, mau melawan siapa lagi kalau partai partai lainnya tiada nyali untuk melawan pasangan yang belum lama ini telah mengantongi rekomendasi dari DPP PDI-P untuk maju dan memenangkan Pilkada Surakarta sebagai Calon Walikota Surakarta dan Wakil Walikota Surakarta, Gibran Rakabuming Raka-Teguh Prakoso. "Ya kotak kosong lah! PKS yang semula hendak bergabung dan urung, kini malah jadi bingung. Serba dilema!" papar Kusumo, serius.
Bagaimana tidak? Masih menurut penuturan Kusumo, PKS yang semula hendak bergabung meminangkan untuk Abdul Ghofar mendampingi Gibran Rakabuming Raka, kini malahan jadi blunder. Artinya, untuk mengawinkan visi, misi serta pandangan sikap politik yang berbeda tidaklah mudah. PKS yang berorientasi kepada spirit keagamaan sedangkan PDIP memiliki sikap pandangan berpolitik nasionalis, tentunya perlu diskusi berkepanjangan. "Apalagi PKS kali ini hanya mengantongi 5 kursi di DPRD Solo, sedangkan untuk mengusung Cawalkot Surakarta diperlukan adanya 9 kursi. Partai lainnya sudah merapat kepada Gibran Rakabuming Raka-Teguh Prakoso. Ya sudah kotak kosong lah tandingannya," tegas Kusumo seraya menebar senyum ke puluhan wartawan.
BRM Kusumo Putro SH di depan puluhan wartawan Solo. Baik media cetak, online, radio hingga televisi. Foto : Yani.
---------------------------------------------------------------
PDIP, diungkapkan Kusumo, yang dalam hal ini sudah kuat dengan puluhan kursinya di DPRD semakin menjadi raksasa dengan merapatnya partai PAN, Gerindra, Golkar dan PSI. Yang menjadikan pertanyaan, ada apa mereka partai non PDI-P tidak memiliki nyali untuk bergabung sekaligus mengusung calwalkot tersendiri? Ada apa dengan itu semua? Sudah minimkah tokoh di Kota Bengawan ini? "Sumonggo, silakan saja sebagai bahan perenungan. Nasi sudah menjadi bubur. Setidaknya dari 4 partai sudah merapat ke Calwalkot Gibran-Teguh, menjadikan asupan kekuatan tersendiri," lagi lagi Kusumo kembali tersenyum.
PKS hendak bergabung dengan independen, tambah Kusumo, untuk maju Pilkada Surakarta tahun ini, kudu berpikir panjang. Pasalnya, tentunya banyak usulan di sana sini dari keduanya yang belum tentu bisa disepakati bersama. Belum lagi perbedaan visi dan misi dari keduanya. "Sepertinya untuk masalah PKS ini, hanya ada satu kata, vakum. Mau bagaimana lagi? Berangkat sendiri, tidak mungkin dengan hanya memiliki 5 kursi. Bergabung dengan partai lain, mereka sudah merapat kompak di PDIP. Ya, inilah kiamat demokrasi. Bisa jadi, nantinya kali pertama di Solo, Pilkada melawan kotak kosong," urai Kusumo.
Kembali ditegaskan Kusumo, tanpa sedikitpun bermaksud meremehkan kekuatan peta politik dari Independen BAJO, hanya cukup disayangkan yang hingga saat ini verivikasi perolehan suara untuk maju Pilkada Surakarta, dibutuhkan tidak kurang adanya dukungan suara 35.870 pendukung dengan bukti dukungan KTP belum bisa terpenuhi. Setidaknya masih dibutuhkan sekitar 7.241 dukungan KTP dalam waktu sepekan. Masalahnya, pada 27 Juli ini, Independen BAJO diminta KPU sudah bisa mengumpulkan persyaratan sebagai Calon Walikota Surakarta dan Wakil Walikota Surakarta maju secara independen. "Mampukah Independen BAJO memenuhinya? Dilema, jawabannya," tandas Kusumo.
" Sebenarnya, BAJO bisa saja maju dalam Pilkada Surakarta tahun 2020 ini, tetap saja menggunakan jalur independen yang membutuhkan suara 35. 870. Sementara, hasil verifikasi menyatakan jika dukungan BAJO yang telah memenuhi persyaratan (MS) hanya ada 28.629 orang. Sehingga masih ada kekurangan sekitar 7. 241 dukungan BAJO yang tidak memenuhi syarat (TMS) saat verifikasi. Padahal, sesuai peraturan dalam perbaikan nantinya yang ditunggu KPU sampai 27 Juli 2020, BAJO harus mampu mengumpulkan dua kali lipatnya. Sekitar 14.482 suara." jelas Kusumo
Memang, kembali Kusumo memaparkan, Kota Solo merupakan kandangnya banteng bermoncong putih. Hanya saja, siapa dalam hal ini yang bisa menjamin akan kemenangan melawan kotak kosong dalam Pilkada nantinya. Bukankah pemilih di Kota Bengawan ini unik dan sulit untuk diduga para pemilihnya. Benar, berturut-turut Pilkada Walikota Surakarta dan Wakil Walikota Surakarta, selalu dimenangkan PDIP. Namun saat Pemilihan Presiden (Pilpres) semasa Susilo Bambang Yudhoyono (SBY), warna merah di Solo telah luntur. Bukankah ini keunikan tersendiri? " Intinya, disini Garuda berharap apapun wujud nantinya dalam Pilkada kalau kudu melawan kotak kosong, warga Solo hendaknya tetap menjaga kondusifitas Kota Solo!" harap BRM Kusumo Putro SH MH. # Achmad Yani.
Puluhan wartawan saat jumpa pers di KQ 5 Ayam Bakar Wongsolo Grup di Jalan dr Wahidin 533 Penumping, Laweyan, Solo.
-------081325995968------
Thanks for reading Kiamat Demokrasi Bisa Terjadi Dalam Pilkada Surakarta Tahun Ini | Tags: Politik Sosial
Next Article
« Prev Post
« Prev Post
Previous Article
Next Post »
Next Post »