Hidangan serba tradisional warnai Dzikir, Tahlil, Sholawat Sultan Agung hingga Syahadat Quraisy yang keduanya merupakan hasil karya religi Sultan Agung Prabu Hanyokrokusumo. Foto : Achmad.
---------------------------------------------------------------
GUGAT86.com. SURAK yuuuuuu hubARTA. Siang itu, Minggu (20/9/2020), bakda lohor, sekitar pukul 12.30 WIB, suasana Masjid Agung Keraton Kasunanan Surakarta Hadiningrat tampak lain. Biasanya lalu lalang jamaah Sholat Lohor banyak mewarnai serambi masjid. Ada yang usai shalat, sejenak melepaskan rasa penat dengan duduk santai, bersandar pada tiang saka guru masjid, tiduran atau bahkan tertidur pulas beneran. Namun demikian tidak pada hari itu. Nampak suasana terasa sakral, khidmad dan khusyuk. Bersamaan dengan digelarnya Wilujengan Suruddalem Hingkang Sinuwun Sultan Agung Prabu Hanyokrokusumo Kaping 387 di serambi Masjid Agung.
Wilujengan Suruddalem Hingkang Sinuwun Sultan Agung Prabu Hanyokrokusumo Kaping 387 tahun, bertepatan pada hari Minggu 2 Sapar Jimakir 1954/20 September 2020 yang langsung dimintakan oleh GKR Timoer Rumbai Kusuma Dewayani kepada Ulama Ndalem Keraton Kasunanan Surakarta Hadiningrat, KRT Hartoyo Pujodipuro untuk segera melakukan Wilujengan Suruddalem Hingkang Sinuwun Sultan Agung Prabu Hanyokrokusumo. Sederhana, namun kekhusyukannya tidak kalah dengan tahun sebelumnya yang digelar di Sasana Sumewa Pegelaran. "Yang membedakan pesertanya, pertama kali di gelar ada 5000 tamu undangan. Tahun ke 2 ini, paling 500 yang hadir di Masjid Agung. Semuanya tidak terlepas dari adanya Pandemi Covid-19," kata GKR Wandansari Koes Moertiyah MPd, mengawali sambutannya.
Suasana sakral pun terwujud, di saat mulai dilantunkannya sembah puji dzikir, tahlil hingga Shalawatan Sultan Agungan serta Syahadat Quraisy karya cipta religi Sultan Agung Prabu Hanyokrokusumo, oleh puluhan Ulama yang langsung ditirukan tidak kurang dari 500 kerabat Ndalem, serasa pengunjung, siapapun yang tengah berada di serambi Masjid Agung, seakan dibawanya terlarut dengan suasana ratusan tahun silam, di jaman keemasan Keraton Kasunanan Surakarta Hadiningrat yang dikenal sebagai Ibukota Nagari Surakarta. Sederhana, namun terasa khidmad dan khusyuk. Bisa jadi, lantaran bertepatan dengan suasana berkepanjangannya Wabah Virus Corona sesuai dengan yang disampaikan Gusti Moeng, panggilan karib GKR Wandansari Koes Moertiyah MPd dalam sambutannya.
Beraneka ragam makanan tradisional yang ada di depan puluhan Ulama, semakin menjadikan Marwah Keraton tampak serasa hidup kembali, masyhur seperti ratusan tahun silam. Foto : Achmad
---------------------------------------------------------------
Tidak kalah khusyuknya, wingit dan sakral manakala usai dilantunkannya Dzikir, Tahlil, Sholawat Sultan Agung serta Syahadat Quraisy, saat mulainya diterangkan oleh GKR Wandansari Koes Moertiyah MPd, tentang kebesaran nama Sultan Agung Prabu Hanyokrokusumo. Seperti halnya dengan Rasulullah Muhammad SAW yang dilahirkan pada hari Senin, serta wafat juga hari Senin, hanya dibedakan oleh tahun kelahiran dan wafatnya. " Juga Sultan Agung Prabu Hanyokrokusumo, lahir pada hari Jumat Legi Suruddalem juga hari Jum'at Legi. Pastinya, tahunnya yang membedakan. Inilah tanda tanda orang istimewa, pilihan Allah SWT. Dan masih banyak lagi keistimewaan yang dimiliki oleh Pahlawan Nasional Indonesia yang ditetapkan dengan SK Presiden No 106/TK/1975 tertanggal 3 November 1975," tutur Wandansari Koes Moertiyah MPd.
Sebagai Ketua Lembaga Dewan Adat (LDA) Keraton Kasunanan Surakarta Hadiningrat, Gusti Moeng merasa memiliki kewajiban untuk menjaga sekaligus melestarikan budaya adiluhung peninggalan leluhur. Sehingga tidaklah salah lagi, bilamana nantinya wilujengan ini akan digelar pada setiap tahunnya. Bukankah bangsa yang besar adalah bangsa yang selalu meneladani sikap Arif bijak leluhurnya? Bukan hanya seorang raja yang budayawan saja, Sultan Agung Prabu Hanyokrokusumo melainkan sebagai raja pemberani pejuang bangsa. Keberanian beliau terbukti saat melabrak VOC Belanda yang bermarkas saat itu di Batavia, kini Jakarta. " Beliau juga ahli dalam penanggalan kalender Jawa, kombinasi tahun Saka dengan Hijriyah. Penulis Babad Nitik Sultan Agung dan Serat Sastra Gending, pastinya masih banyak lagi sastra karya ciptaannya,"urai Gusti Moeng.
Jenang ( bubur) Garu Garu Abang Putih sebagai simbul bapa Bitung. Jenang merah melambangkan Bitung, ibu. Sedangkan jenang putih, lambang wujud dari bapa, ayah. Gambaran Sangkan Paraning Dumadi, asal usul manusia di muka bumi. Foto : Achmad.
---------------------------------------------------------------
Suasana sakral pun kembali mewarnai Wilujengan Suruddalem Hingkang Sinuwun Sultan Agung Prabu Hanyokrokusumo Kaping 387 saat dibagikannya semangkuk jenang Garu Garu Abang Putih yang penuh berkah itu. Tak pelak, begitu menerima semangkuk jenang, merekapun langsung menikmatinya. Bukan tanpa alasan mereka langsung mengkonsumsinya, pasalnya mereka beralasan kalau saja tidak segera dimakan, berkah dari jenang Garu Garu akan segera menghilang. Layaknya dengan sajian jenang sungsum, begitu dimakan serasa tubuh menjadi fresh, bugar dan sehat.
Sajian Wilujengan dilanjutkan dengan menikmati lezatnya Sego gurih berlaukkan suwiran daging ayam, sambal goreng labu, rambak kerecek dan goreng kedelai serta potongan buah pisang ayu. Kesemuanya itu diambilkan dari sajian caos doa kepada Sultan Agung Prabu Hanyokrokusumo dari perwakilan Paku Buwono (PB) I Amangkurat Agung hingga PB II-PB XII. Ada nasi gurih, Ingkung ayam, gedang ayu, suruh ayu, Sego golong serta ketan dan kolak apem. "Insyaallah... nanti bukan hanya Wilujengan Suruddalem Hingkang Sinuwun Sultan Agung Prabu Hanyokrokusumo saja, melainkan mereka para raja dinasti Mataram Islam Keraton Kasunanan Surakarta Hadiningrat," janji GKR Wandansari Koes Moertiyah MPd.
GKR Wandansari Koes Moertiyah MPd, selaku Ketua Ketua Lembaga Dewan Adat (LDA) Keraton Kasunanan Surakarta Hadiningrat yang telah mengantongi izin dari Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 Solo, dalam penyelenggaraan Wilujengan Suruddalem Hingkang Sinuwun Sultan Agung Prabu Hanyokrokusumo Kaping 387 tahun.
---------------------------------------------------------------
Sehingga sebagai konsekuensinya sudah memperoleh ijin dari Ketua Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 Solo, Ir Ahyani MA, apa yang menjadikan himbauan pemerintah akan Protokoler Kesehatan Covid-19 diterapkan benar di dalam acara Wilujengan yang banyak dihadiri tamu undangan itu. Dari penyediaan sarana untuk cuci tangan dengan sabun atau handsanitizer, bermasker dan menjaga jarak sesuai dengan sosial distancing dan physical distancing. Bahkan melalui pengeras suara, Gusti Moeng selalu mengingatkan akan pentingnya memenuhi apa yang menjadikan himbauan pemerintah akan Protokoler Kesehatan Covid-19. "Alhamdulillah... apa yang menjadikan himbauan pemerintah akan Protokoler Kesehatan Covid-19, kami bisa penuhi dari mulai acara hingga berakhirnya wilujengan," pungkas GKR Wandansari Koes Moertiyah MPd. # Achmad Yani.
-------081325995968-------
::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::
Patuhilah apa yang menjadikan himbauan pemerintah akan Protokoler Kesehatan Covid-19.
::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::
MakanKu Makanan Sehat Siap Saji solusi tepat untuk kuliner di saat Pandemi Covid-19. Bisa dibeli di Warung New Normal MakanKu yang ada di Jalan Slamet Riyadi No 300 (utara Taman Sriwedari) Solo.
::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::
Thanks for reading Lembaga Dewan Adat (LDA) Keraton Kasunanan Surakarta Hadiningrat Gelar Wilujengan Suruddalem Hingkang Sinuwun Sultan Agung Prabu Hanyokrokusumo Kaping 387 Tahun Di Masjid Agung | Tags: Budaya Peristiwa Sosial
Next Article
« Prev Post
« Prev Post
Previous Article
Next Post »
Next Post »