Wayang Orang Sriwedari kini telah mati suri. Hidup enggan matipun tidak mau. Terisolasi, sunyi, pengunjung pun sepi.
Foto : Dokumen Pribadi.
---------------------------------------------------------------GUGAT86.com. SURAKARTA. Puluhan tahun lalu, sekitar tahun 1970-1990 an, Wayang Orang (WO) Sriwedari tidak pernah sepi seperti sekarang ini. Saat itu, bahkan bisa dipastikan lagi, selalu ramai pengunjung. Bahkan bagi mereka yang kehabisan tiket tanda masuk, dikarenakan ludes habis terjual, tetap masih bisa melihat dari balik jendela kawat. Tidak seperti sekarang ini, jendela kaca tertutup rapat dengan kain korden ketika pertunjukan WO dimulai.
Bukan hanya itu saja, malahan tampak memprihatinkan situasinya saat ini, meski telah mengalami beberapa kali renovasi. Baik fisik gedung, ruang penonton, ruang rias pemain hingga sound sistem kesemuanya mengalami perbaikan juga perubahan. Sayangnya, bukannya mampu menyedot pemirsa, malahan diemohi penonton. Tetap saja sepi pengunjung. "Memprihatinkan, kebudayaan adiluhung yang tergerus oleh perkembangan jaman. Ditambah lagi, kurangnya perhatian pemerintah. Runyam sudah," papar BRM Kusumo Putro SH. MH.
Masih menurut penuturan Kusumo, panggilan karib BRM Kusumo Putro SH MH, yang beberapa hari lalu menyempatkan waktu untuk menyaksikan pertunjukan WO Sriwedari, sebagai penggiat budaya sekaligus Ketua Umum Forum Budaya Mataram (FBM) Jawa Tengah, sempat mengelus dada, merasa prihatin akan kondisi WO sekarang ini. "Sudah sepi penonton, akses ke lokasi semakin sulit. Renovasi juga sudah mulai rusak disana sini. Mau bagaimana lagi?" ujarnya.
BRM Kusumo Putro SH MH, bertanya tanya, mungkinkah Wayang Orang (WO) Sriwedari akan punah bersamaan dengan dibukanya masjid nantinya? Foto : Dokumen Pribadi.
---------------------------------------------------------------
Sekarang ini, dikatakan Kusumo, penontonnya bisa dihitung dengan jari pada setiap malam pertunjukan. Tidak lebih 15 orang. Untungnya saja, ada kebijakan pemerintah tersendiri terhadap WO Sriwedari. Hampir semua, mungkin saja malahan sudah kesemuanya diangkat menjadi Pegawai Negeri Sipil (PNS) atau yang sekarang ini Aparatur Sipil Negara (ASN). "Alhamdulillah...sudah bisa sedikit bernafas lega di saat Pandemi Covid-19," kata dia.
Lantas, ditambahkan Kusumo, bagaimana dengan nasib mereka para pelaku usaha kecil penjaja kacang rebus, permen, minuman, makanan cemilan hingga rokok yang tempo hari berderet-deret rapi di sisi kanan kiri gedung? Apalagi di saat Pandemi Covid-19 seperti sekarang ini? Mereka pada kemana dan beralih usaha apa lagi? "Ah... semoga saja nasib baik menyertai mereka. Mempunyai usaha lainnya sebagai pengganti rejeki dikala berdagang di WO Sriwedari,"harap Kusumo.
Tetap eksis pementasan Wayang Orang Sriwedari disaat Pandemi Covid-19. Himbauan pemerintah akan protokoler kesehatan Covid-19 pun tetap diindahkan. Foto : Dokumen Pribadi.
---------------------------------------------------------------
Protokoler Kesehatan Covid-19 tetap diterapkan, baik oleh para pemain Wayang Orang Sriwedari maupun penonton. Dari pengecekan suhu tubuh saat memasuki gedung, senantiasa cuci tangan dengan sabun atau handsanitizer yang telah disiapkan oleh WO Sriwedari, bermasker hingga menjaga jarak, sosial distancing dan physical distancing. " Kalau saja untuk penonton yang bisa dihitung, bisa dipastikan lagi sudah berjauhan tempat duduknya," terang Kusumo, tersenyum.
Sebagai penggiat budaya yang juga berprofesi sebagai pengacara dan tergabung dalam Perhimpunan Advokad Indonesia (Peradi) Solo, Kusumo akan berusaha untuk membicarakan dengan pihak terkait. Perlunya dilestarikan, diuri uri budaya adiluhung peninggalan leluhur yang mulai banyak ditinggalkan penonton bersamaan mulai datangnya era milenia. "Tembang berbahasa Jawa pun mampu mendiang Didi Kempot angkat hingga ke luar negeri. Setidaknya, WO Sriwedari bisa kembali menjadi tontonan bernilai sejarah yang memiliki tempat tersendiri di hati penggemar dan Kembali moncer,"harap Kusumo menutup pembicaraannya. # V1N/Yan G1.
-------081325995968-------
Thanks for reading Wayang Orang Sriwedari Sudah Mati Suri Tambah Dihantam Pandemi Covid-19 | Tags: Budaya Peristiwa Sosial
Next Article
« Prev Post
« Prev Post
Previous Article
Next Post »
Next Post »