Ki Jliteng Suparman
Wanita Kelelawar bilang: “Varian baru dari virus corona akan terus muncul. Ini karena peningkatan jumlah infeksi memberikan lebih banyak peluang bagi virus untuk bermutasi.”
Ahli virologi dari Institut Virologi Wuhan (WIV), yang bernama asli Shi Zhengli itu, pun mengingatkan: "Kita seharusnya tidak panik, tetapi kita perlu bersiap untuk hidup berdampingan dengan virus dalam jangka panjang."
Sinyalemen "bersiap hidup berdampingan dengan virus corona" sesungguhnya sejak awal sering kita dengar, baik dari para epidemolog hingga pejabat tinggi negara bahkan Presiden.
Pengertian hidup berdampingan kiranya kondisi di mana keberadaan corona benar-benar bisa dikendalikan sehingga tidak lagi dikategorikan sebagai bahaya besar yang mengancam keselamatan manusia secara massal (pandemi).
Tetap waspada Corona masih ada
Banyak negara yang sudah mulai "siap hidup berdampingan" atau "damai dengan corona" karena mampu mengendalikan persebaran Covid-19.
Bagaimana dengan Indonesia, akan dapat segera berdamaikah? Tentu tidak ada yang mampu menjawab dengan pasti.
Kesimpulan bahwa akan cepat atau lambat "berdamai" tergantung dari keseriusan pemerintah dalam menangani pandemi. Tingkat keseriusan itu sendiri dapat kita lihat atau kita nilai dari kebijakan pemerintah.
Banyak ahli bilang, bahwa covid tidak perlu berkepanjangan hingga menelan korban meninggal 100 ribu lebih jika Pemerintah Indonesia sejak awal menggunakan UU No 6/2018 tentang Kekarantinaan Kesehatan.
Sayang, pemerintah justru bikin UU baru yakni UU No 2/2020 tentang "kebijakan keuangan negara dan stabilitas sistem keuangan untuk penanganan pandemi covid-19 dan atau dalam rangka menghadapi ancaman yang membahayakan perekonomian nasional dan atau stabilitas sistem keuangan".
Dengan kata lain UU No 2/2020 itulah desain atau rumusan konsep penanganan pandemi yang dijalani pemerintah. Dari bunyi keseluruhan UU tersebut jelas makna orientasinya "menyelamatkan ekonomi nasional dari dampak pandemi" bukan "menyelamatkan rakyat dari bahaya pandemi". Menyelamatkan rakyat bermakna perlindungan dua aspek: kesehatan dan kesejahteraan.
Maka tak aneh jika corona semakin tak terkendali karena memang tidak menjadi target dari kebijakan pemerintah. Fokus utamanya penyelematan ekonomi yang tiada lain bermakna penyelamatan kapital besar.
PSBB hingga PPKM dengan aneka varian judul tak pelak gagal total, corona makin mengganas, bahkan dunia menyatakan Indonesia sebagai episenter baru corona. Sepekan terakhir secara berturut-turut angka kematian akibat covid tertinggi di dunia.
Mengapa gagal? Sebagaimana pengalaman banyak negara lain, menghadapi pandemi ini mestinya dibayar tunai alias "lockdown" bukan dicicil dengan aneka judul pembatasan yang jauh dari berhasil menghentikan persebaran corona. Di kalangan rakyat terjadi pertarungan antara kesadaran prokes dan tuntutan perut yang niscaya mustahil social distancing berjalan sesuai harapan.
Ogah gunakan UU 6/2018 karena enggan keluar uang untuk melindungi kesehatan rakyat, sebaliknya bikin alat baru UU 2/2020 sedemikian royal duit untuk selamatkan ekonomi negara.
Epidemiolog pun kasih sinyal kepada pemerintah yang jika tidak mengubah strategi penanganan pandemi, besar kemungkinan muncul virus mutasi baru asli Indonesia yang niscaya lebih ganas dari varian Delta.
Dah. Dari uraian yang maunya ditulis singkat namun tetep panjang, di atas kiranya pembaca dapat menyimpulkan sendiri kira-kira Indonesia akan "damai" dengan corona dalam waktu dekat atau masih lama.
Ini bukan harapan, namun prediksi bahwa herd immunity di Indonesia akan tercapai bukan karena vaksin melainkan secara alamiah. Tapi entah kapan akan tercapai dan berapa besar yang harus dikorbankan untuk pencapaian itu.
MakanKu Makanan Sehat Siap Saji Masa Kini
Naga-naganya perang corona masih panjang. Mari bersiap-siap dengan jaga diri baik-baik mengingat mau tak mau terpaksa rakyat sendiri yang harus melindungi diri sendiri. Berharap perlindungan negara sampai lebaran kodok juga nggak bakalan di dapatkan.
Ki Jlitheng Suparman
Dalang Wayang Kampung Sebelah.
°°°°°°✓ 081315995968 °°°°°°
Thanks for reading Naga Naganya Perang Corona Masih Panjang | Tags: Budaya Sosial
« Prev Post
Next Post »