Tugu Harjo Toh Rogo ini ada di depan Pasar Sidodadi Kleco, Karangasem, Laweyan, Solo. Foto : Achmad Yani.
GUGAT news.com. SOLO.
Menariknya, prasasti yang sekaligus merupakan heritage, cagar budaya yang dilindungi oleh negara ini, keberadaannya bukan di tempat yang biasa orang berlalu-lalang beraktifitas berkaitan dengan budaya, melainkan kali ini haritage itu malahan berada di suasana pasar tradisional . Artinya, bukan di tempat strategis dan bisa langsung dilihat dipandang mata, lantas dihayati. Siapakah yang bersangkutan dalam monumen tersebut?
Adalah Tugu Harjo Toh Rogo, patung dari seorang pria yang digambarkan dengan kondisi cacat. Salah satunya dari kaki miliknya diamputasi setinggi dengkul, sambil tangan kirinya memegangi kruk, tongkat penyangga sebagian tubuhnya sehingga mampu berdiri tegak. Keberadaan patung tersebut ada di depan atean Pasar Sidodadi Kleco, Karangasem, Laweyan, Solo.
Dalam prasasti tersebut tertulis sebagai kenangan dan penghargaan terhadap keperwiraan dan pengorbanan pejuang pejuang perang kemerdekaan, sehingga di tempat itulah didirikan tugu sebagai peringatan terhadap Harjo Toh Rogo. Entahlah, tidak dijelaskan apakah Harto Toh Rogo ini semacam nama pelaku sejarah atau ada maksud lainnya.
Makanku Makanan Sehat Siap Saji Masa Kini Solusi Di Saat Pandemi Covid-19.
Yang jelas, di tugu tersebut tertulis tanggal peresmian nya pada Jumat Legi 20 Mei 1960 oleh Panglima Daerah Militer VII Jawa Tengah. "Saya tidak tahu, itu Harjo Toh Rogo nama dari orang yang dipatungkan atau sebutan lainnya." tutur Marno (56) petugas jaga sepeda dan sepeda motor yang ada di depan Pasar Sidodadi Kleco, Karangasem, Laweyan, Solo.
Sedangkan lain halnya dengan Waginah (58) yang sering menyandarkan sepeda onthel serta barang dagangannya yang baru saja dibeli di dalam pasar, mengaku tahu nama Harjo Toh Rogo ya dari tulisan yang ada di tugu tersebut. "Bahkan saya sering membacanya, karena kebiasaan menyandarkan sepeda juga barang belanjaan," papar Waginah yang mengusulkan sebaiknya diberikan pagar pembatas.
Sepertinya tidak berlebihan usul dan saran Waginah agar di sekitar area patung diberi semacam pembatas. Baik pagar tembok setinggi 50 cm atau cukup pagar rantai saja. " Kalau ada pagarnya, orang sudah tidak bisa lagi menyandarkan sepeda onthel, barang belanjaan, motor pun sedikit menjauh..!" usul Waginah yang mengaku bukan hanya dirinya saja yang menarik sepedanya di tugu, melainkan banyak orang. #Achmad Yani.
°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°
Thanks for reading Heritage Ada Di Area Pasar Tradisional | Tags: Budaya Sosial
« Prev Post
Next Post »