Kentongan Langgar Laweyan Solo ini sudah berusia 103 tahun. Foto : Achmad Yani.
GUGAT news.com. SOLO.
Dahulu fungsi kentongan juga dipakai untuk memanggil mereka para jama'ah di sekitar masjid disamping gema kumandang suara adzan. Artinya, sebelum muadzin mengumandangkan adzan, baik untuk jamaah shalat subuh, lohor, asyar, Maghrib dan isya bisa dipastikan lagi akan dimulai dari memukul bedug atau kentongan secara bertalu-talu. Dirasa sudah cukup, barulah dikumandangkannya suara adzan. "Akan halnya iqomah, begitu selesai bunyi suara kentongan kembali dipukul. Hanya saja singkat tidak bertalu-talu. Shalat jama'ah pun segera dikerjakan," terang Basuki, Marbot di langgar Laweyan.
Langgar Laweyan yang berusia 103 tahun (1918) ini biasa dipakai free wedding pernikahan. Foto : Achmad Yani.
Diceritakan Basuki, kentongan tua yang sudah gapuk, rapuk, bahkan bolong dimana- mana serta kayunya sudah tipis ini memang sengaja diuri-uri, diopeni, dipelihara juga dirawat sebagai kenang kenangan simbol masa lalu. Selain bermanfaat sebagai pemanggilan terhadap mereka para warga disekitar akan Jamaah salat wajib 5 waktu, ternyata khusus kentongan yang ada di langgar Laweyan ini mempunyai kegunaan lainnya juga. "Memanggil laskar Hisbullah untuk bisa merapat dan berkumpul," jelas Basuki.
Tetap Waspada Corona masih ada.
Masih menurut penuturan Basuki, pastinya kegunaan lainnya selain bermanfaat sebagai pemanggilan terhadap mereka para jamaah shalat wajib, pada jam jam tertentu di luar waktu shalat wajib, dipukulah kentongan itu untuk memanggil mereka para pejuang laskar Hisbullah. Begitu terkumpul, segera digelarlah diskusi secara hati-hati agar tidak diketahui pihak Belanda. "Menyusun strategi perang melawan Belanda yang sekaligus berlokasi di Langgar Laweyan juga. Sehingga bisa dipastikan lagi, tak jarang Langgar Laweyan merupakan sasaran tembak oleh tentara Belanda." papar Basuki semangat.
DIWA Pengusaha dan Politikus Solo
Anehnya, ditambahkan Basuki, meski berkali-kali keberadaan Langgar Laweyan selalu di serang oleh mereka Tentara Belanda, tiada kerusakan yang ditimbulkan. Bukan hanya itu saja, begitu diserang Belanda, pas saat itu pula tak ada satupun jama'ah yang tengah shalat atau mereka para Laskar Hisbullah. Baik itu pagi hari, siang, sore hingga malam hari sehingga tiada mengakibatkan jatuhnya korban. Sebaliknya korban banyak berjatuhan di pihak Belanda, manakala para pejuang laskar-laskar Hisbullah melakukan serangan gerilyanya. "Pastinya, itu semua karena kuasa ilahi," ucap Basuki
Prasasti sebagai cagar budaya
Sehingga sah dan wajar saja, bilamana pengurus Langgar Laweyan menempatkan posisi kentongan bersejarah itu di serambi, teras langgar Laweyan. Selain dimaksudkan sebagai kenang kenangan sejarah tempo dulu, pastinya sebagai pelengkap dari keberadaan Langgar Laweyan yang kini tercatat sebagai Cagar Budaya dari wilayah Kampung Batik Sondakan, Laweyan, Solo. #Achmad Yani.
MakanKu Makanan Sehat Siap Saji Masa Kini Solusi di saat Pandemi Covid-19.
°°°°✓ 081325995968 °°°°°°°
Thanks for reading Kentongan Langgar Laweyan Berusia 103 Tahun | Tags: Budaya
« Prev Post
Next Post »