RT Agus Santosa sang pawang hujan. Foto : Achmad Yani
GUGAT news.com. SUKOHARJO.
Ditemui di rumahnya Mancasan, Baki, Sukoharjo, Raden Tumenggung Agus Santoso, salah satu dari Abdi Ndalem Keraton Kasunanan Surakarta Hadiningrat yang juga dikenal sebagai pawang hujan, memindahkan hujan dari satu lokasi ke lokasi lainnya. Artinya, dimaksudkan agar bagi mereka yang memiliki hajat, baik itu pernikahan, konser, kampanye atau apapun acaranya yang menghendaki di saat berlangsungnya acara tiada hujan mengguyurnya sehingga mengganggu berlangsungnya acara. "Kami tidak bisa memindahkan apalagi menolak hujan. Itu semuanya mutlak milik Allah SWT. Kami hanya bisa meminta dalam doa. Terkabulkan hujan tidaknya kuasa Ilahi sepenuhnya,"tutur RT Agus Santosa mengawali percakapannya dengan GUGAT news.com. Rabu (1/9/2021) pukul 12.30 WIB.
Ditambahkan Tumenggung Agus, sapaan akrabnya RT Agus Santosa, dirinya hanya mendoakan bagi yang mengundang serta memiliki hajat apapun yang berkaitan dengan banyaknya tamu undangan agar di saat berlangsungnya acara tidak terhalangi oleh guyuran air hujan. Bukan menolak hujan, melainkan memohonkan kepada Gusti Kang Murbeng Dumadi Akaryo Jagad, Allah SWT, agar dipindahkan lokasi hujannya. "Alhamdulillah...meski beberapa kali gagal, namun tak jarang doa saya untuk mendoakan bagi mereka yang mempunyai hajat terkabulkan. Meski langit di atas mendung gelap dan Hitam pekat, tetapi dari awal sampai akhir acara tidak terjadi hujan. Selang beberapa menit, rejeki berupa hujan deras pun terjadi," ujarnya.
Uba rampe, sarana simbol pindahkan hujan. Foto : Achmad Yani.
Boleh jadi, pawang binatang buas di saat beraksi menjinakkan hewannya semacam Singa, Harimau, Buaya atau binatang buas lainnya, memiliki peralatan, sarana uba rampe tertentu sekaligus trik atau intriks. Akan halnya dengan pawang hujan, juga memiliki sarana uba rampe. Misalkan, wewangian dupa, kembang setaman, bunga 7 warna, kinang sirih, daun sirih, racikan tembakau, garam krasak, besar dan keras serta kemenyan yang dibakar. Sapu gerbang arau sapu lidi, diujungnya ditancapkan 7 cabai merah dan 7 bawang merah. "Itu semuanya hanyalah simbol, gambaran belaka, bukan sesajian, apalagi untuk syetan, sama sekali bukan. "Semua itu hanya simbol, gambaran dari tradisi budaya Jawa," terang Mas Tumenggung Agus.
Masih menurut penuturan Mas Tumenggung Agus, Bakaran dupa dan kemenyan, dimaksudkan supaya suasana ruangan serasa bersih, harum dan wangi. Kebersihan sebagian dari iman. Akan halnya dengan bunga setaman, kembang 7 rupa, sebagai pelengkap wewangian. Garam kasar atau krasak melambangkan siklus akan terwujudnya air. Air laut yang banyak mengandung garam, terkena panas matahari dan naik ke atas, menjadikan molekul bintik bintik air hujan. Cabai merah sebanyak 7 biji juga bawang merah sebanyak 7 puting, diartikan sebagai pengingat akan ke Maha Besar an dan ke Maha Kuasaan Allah SWT. Manusia hanya bisa berdoa, meminta dan berencana, namun keputusan mutlak di tangan kuasa ilahi.
MakanKu Makanan Sehat Siap Saji Masa Kini Solusi di saat Pandemi Covid-19.
Sedangkan sirih kinang juga Bakaran api kemenyan dan dupa ( Dudu opo opo / bukan apa apa). Baik daun sirih juga rajangan, irisan tembakau juga Bakaran api, dimaknakan sebagai " pepadang" penerangan. Uba rampe tersebut hanya merupakan simbol budaya tradisi Jawa yang segala sesuatunya diibaratkan, digambarkan, di peribasakan dengan perlambangan. "Intinya, Siapapun di dunia ini tiada yang mampu memindahkan apalagi menolak akan turunnya hujan. Semua kuasa itu milik Allah SWT. Manusia boleh berikhtiar, berusaha semaksimal mungkin, tetap kuasanya di tangan Allah SWT, seperti yang telah kami upayakan ini," jelas Raden Tumenggung Agus Santoso yang mengaku sering dipanggil pejabat dari berbagai daerah di Indonesia dengan biaya Rp 400 ribu hingga Rp 2.5 juta. #Achmad Yani.
°°°°✓ 081325995968 °°°°°
Thanks for reading RT Agus Santosa : Memindahkan Hujan Hanya Allah SWT Yang Bisa | Tags: Budaya
Next Article
« Prev Post
« Prev Post
Previous Article
Next Post »
Next Post »