Agus Harsono saat berbincang bincang dengan gugatnews ditengah waktunya memesan makanan kroket sinten mawon .
GUGAT news.com. SUKOHARJO.
Banyak orang melihat dengan sebelah mata tentang profesi ojek online ( ojol ) yang menurut banyak orang beranggapan pekerjaannya sangat mudah hanya mengantarkan atau menjemput saja dan lalu dapat uang. Benarkah semudah kinerja Ojol hanya begitu saja?
Kali ini GUGAT news bertemu dengan salah satu seorang Ojol bernama Agus Harsono, yang tinggal di rumah Menangan, Pasar Kliwon, Solo itu mulai bercerita tentang dukanya seorang Ojol.Tidak semua pemesan Ojol bisa bekerjasama dengan baik, bahkan terkadang mereka entah menyadari atau tidak, seperti merendahkan profesi Ojol. Sebagai istilah orang jawanya yaitu ngentengke. Menganggap remeh.
Sebagai misalnya, seperti pemesan Ojol untuk makanan tidaklah jarang heanphone pemesan tidak berada ditangannnya, mungkin sedang di charge atau ditaruh jauh dari pemiliknya. Sehingga hal ini kelihatan sepertinya sepele, remeh namun bagi pemesan Ojol. Tetapi tidak bagi para Ojol, sangatlah menyulitkan. Pasalnya sebenarnya Ojol itu harus kembali melakukan kontak selalu dengan pemesannya.
Seperti ketika hendak mencari alamat yang sulit diketemukan, maka para Ojol bisa segera menghubungi pemesan Ojol. “ Bagi Ojol waktu juga sangat berharga, jadi tidak hanya melayani satu pemesan saja, maka jangan sampai Ojol waktunya habis untuk seorang pemesan Ojol “ tandas Agus.
Kadang pemesan Ojol itu tidak memberi alamat komplit seperti yang Agus alami dengan pemesan tanpa menuliskan alamat blok untuk perumahan. Padahal perumahan pasti ada kode blok nya. Sehingga akhirnya Ojolpun harus banyak bertanya – tanya bahkan harus ketemu RT nya.
Ada lagi pemesan yang alamatnya di perumahan, tetapi semua akses jalannya sudah ditutup portal. Seharusnya pemesan Ojol harus membukakan portalnya karena sebagai warga setempat. Masalahnya bila Ojol nekat membuka portal sendiri, bisa berakibat kurang baik bagi warga lingkungan yang bisa bisa akan menuduh melanggar aturan setampat.
Agus menambahkan, kalau saja pemesan makanan lewat Ojol, kemudian pemesan hanya menyuruh pesanannya ditaruh dipagar atau ditempat tertentu, bagi Ojol melakukan pengantaran makanan tanpa ketemu pemesan sebenarnya adalah memiliki resiko yang cukup berat.
Setidaknya berediko kalau pesanannya hanya digantungkan di pagar takutmya diambil orang iseng. Kalaupun hal ini terjadi, maka Ojol akan disalahkan dan penilaiannya akan jelek terhadap kinerja Ojol. Yang paling sedih, jika seorang Ojol yang melayani pemesannya ditengah malam, karena banyak dari mereka itu para pemabuk atau kalau pas apes malah digoda setan seperti yang ia alami saat tengah mengantarkan pesanan di daerah Janti, pas tengah dijalan tiba tiba mesin mati sendiri dan anehnya berhenti di depan sebuah pemakaman yang pastinya ditempat itu sangat sepi sekali.
Makanku Makanan Sehat Siap Saji Masa Kini Solusi Di Saat Pandemi Covid-19
Padahal, motor mati untuk menahan panik akhirnya Agus berdoa dan berharap setan jangan mengganggunya yang akhirnya tiba tiba motor bisa hidup . Dengan bulu kuduk merinding secepatnya Agus melanjutkan perjalanannya ke pemesannya.
Setelah tugas selesai Agus pun harus melewati jalan itu lagi karena tidak ada jalan lain, ternyata sekembali dari pemesan Agus digoda setan itu lagi, malah kali ini orang berkulit hitam tinggi besar menghadangnya. Lantaran Agus panik dan bercampur rasa takut terhadap orang berkulit hitam itu. Tanpa pikir panjang lagi, akhirnya Agus memberanikan diri menabraknya. Yang ternyata ketika ditabrak orang itu hilang.
“Makanya jangan menganggap profesi Ojol itu gampang” canda Agus, sambil menambahkan silakan dicoba dulu untuk menjadi Ojol, baru bisa bercerita suka dukanya jadi Ojol.#Naskah dan foto : Taufik.
°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°
Thanks for reading Balada Dari Seorang Ojek Online | Tags: Peristiwa
« Prev Post
Next Post »