Ustadz Imadduddin* (paling kanan) bersama artis *Ageng Kiwi* dan *Gusti Rossaline Oca,* saat memberi Tausiyah di acara konser “Malam Kasih Untukmu, Pray for Pekerja Seni” yang diselenggarakan Yayasan Humaniora Rumah Kemanusiaan dan Komunitas Amal Sedekah Ikhlas Hati (KASIH), di DK Musik Lab, Karawaci, Tangerang Banten, Rabu (06/10/2021) lalu.
GUGAT news.com.
Pemahaman teks agama yang kaku, hitam-putih dan tekstualistik, cenderung mengarah pada kemungkinan terjadinya tindak kekerasan. Klaim-klaim kebenaran kerap menimbulkan sikap anti-pluralisme.
Demikian antara lain pandangan yang dikemukakan ustadz *Imadduddin,* dalam percakapan melalui telpon seluler, di Jakarta, Minggu (10/10/2021).
Bagaimana idealnya dakwah bagi masyarakat Indonesia yang pluralis? “Tidak menghakimi sesama. Apalagi menghakimi orang-orang yang dinilai berbuat dosa. Tapi memberi contoh secara nyata. Dimulai dari pola fikir dalam memahami setiap masalah dalam hidup di jalan Allah,” ujarnya.
Perintah takwa, ujar ustadz Imadduddin, merupakan pesan langit yang harus diraih; diikhtiarkan; diusahakan. Ketakwaan itu akan berdampak pada kesetaraan sosial di lingkungan masyarakat. Ber-Islam yang implementatif; amal (perbuatan) nyata; langsung dirasakan.
“Kitab Suci tidak disikapi sebagai dogma mati (tekstual). Melainkan kontekstual. Memberi kontribusi nyata untuk kemanusiaan. Agama hadir untuk memenuhi panggilan kemanusiaan, yaitu melayani,” ujar ustadz milenial asal Banyuwangi yang menetap di Bali ini.
Sebagai generasi yang lahir di era milenial, ustadz Imadduddin, sadar betul hidup di era generasi Z. Berbeda misalnya dibanding generasi sebelumnya, generasi X dan generasi Y. Generasi milenial (generasi Z), menurutnya, memiliki hidup yang sangat digital.
“Generasi Z bisa dengan mudah mengadopsi tren global lantaran akses internet sangat mudah. Terlebih setelah Facebook dan Twitter, media sosial seperti Instagram, Snapchat, dan aplikasi Tiktok makin digandrungi anak-anak masa kini,” ujar ustadz muda pengagum penyanyi dan musisi Aunur Rofiq Lil Firdaus, alias Opick, dan ustadz Jefri Al Buchori ini.
Ustadz yang juga seorang motivator ini, kemudian menilai bahwa generasi Z berada di kategori kreator. Seluruh konten yang diunggah ke media sosial, menurutnya sama dengan artinya menyebarkan karya ke ruang publik.
“Anak muda saat ini banyak memanfaatkan ruang di media sosial secara kreatif yang mereka gunakan berkreasi, termasuk menyampaikan risalah dakwah,” ujar penyuka warna hitam dan maroon, serta penggemar _Moge_ (Motor-gede) dan _adventure off-road_ ini.
Ustadz Imadduddin juga tidak mau ketinggalan memanfaatkan media sosial sebagai kreatif dakwahnya. Ia juga memiliki sejumlah akun di sejumlah media sosial yang dapat diakses, antara lain; Fb.imadduddin, Tiktok .imadduddin05, Ig.Imadduddin05, youTube.bang imadduddin real, dan snack vidio.imadduddin05.
Namun motivator yang pernah menjadi tenaga volunteer untuk pengembangan sumber daya manusia masyarakat lokal Papua ini berharap, agar sahabat hijrah sudah harus memikirkan untung dan ruginya ketika share sesuatu di media sosial.
“Karena apapun yang dishare jika hal baik akan mendapat pahala, begitu sebaliknya. Oleh karena itu, mari menggunakan media sosial untuk mencari pahala jariah dengan membagikan sesuatu yang bermanfaat di jalan Allah,” ujarnya.
Berbeda dari kebanyakan ustadz atau da’i yang selama ini kerap menerima upah dari dakwahnya. Sebaliknya ustadz Imadduddin -- selain tidak menerima bayaran – ia justru banyak membantu serta menganjurkan semangat berderma dan menolong orang. Ustadz juga melakukan edukasi tentang urgensinya sikap filantropi untuk meraih kebahagiaan hidup dunia akhirat.
"Ikutilah mereka yang berdakwah (amar makruf) tidak meminta upah. Merekalah sesungguhnya hamba Tuhan yang diberi hidayah," papar ustadz mengutip nash al Quran Surat 36:21.
Lalu darimana ia dapat memenuhi kebutuhan hidup? Ia bekerja sebagai profesional di sebuah perusahaan multi internasional di bidang jasa _hotels, hospitals, catering, banking,_ serta bisnis pertambangan. Ustadz Imadduddin menduduki jabatan strategis, sebagai _Project Design Expertise._
“Spirit filantropis; kedermawanan ini masih memerlukan penguatan agar berdampak terhadap kehidupan masyarakat luas. Kesadaran berinfaq, bershadaqah, dan berwakaf. Sekaligus mengubah mental orang yang senang menerima sedekah, menjadi pemberi sedekah,” ujar motivator yang meraih sejumlah penghargaan, antara lain sebagai Manager Terbaik PT. Pangansari CSTS Project Tahun 2020 ini.
Makanku Makanan Sehat Siap Saji Masa Kini Solusi Di Saat Pandemi Covid-19
Ia juga tengah mengembangkan hobi berkeseniannya, diantaranya di dunia seni peran. Belum lama ini ia didapuk menjadi aktor klip penyanyi Ageng Kiwi.
Tidak tanggung-tanggung ia dikontrak membintangi tiga klip sekaligus, berjudul; _‘Allah Maha Segala’, ‘Terlalu’,_ dan lagu _‘Daripada Daripada’._ Lagu yang juga diciptakan Ageng Kiwi ini aransemen musiknya dikerjakan musisi Echal Gumilang.
“Sebagai bentuk mensyukuri nikmat Allah, saya berharap ada sinkronisasi dan integrasi antara profesi, hobi, dan pengabdian. Bagaimana menggabungkan semua potensi ini berguna, sebagaimana harapan saya bisa menjadi manusia bermanfaat dunia dan akhirat,” ujarnya.
Pekan lalu, ustadz Imadduddin juga tampil memberi ceramah di acara konser “Malam Kasih Untukmu, Pray for Pekerja Seni” yang diselenggarakan Yayasan Humaniora Rumah Kemanusiaan dan Komunitas Amal Sedekah Ikhlas Hati (KASIH). Acara yang melibat puluhan artis Ibukota ini disiarkan secara _live streaming,_ dari DK Musik Lab, Karawaci, Tangerang Banten, Rabu (06/10/2021) lalu.
Di ujung obrolan, ustadz menyampaikan, menurutnya anak zaman sekarang pemahaman agama saja tidak cukup. Apalagi model dakwah hitam-putih, yang hanya “nakut-nakuti” : dosa; pahala; surga; neraka.
“Anak-anak sekarang perlu teladan; sosok panutan yang mereka percayai. Disinilah pentingnya sosok yang dapat menjadi panutan, memiliki kompetensi, serta tidak bersikap otoriter dan merasa paling benar,” ujarnya.
Harapan ustadz sederhana; bagaimana kita menata hati. Islam disikapi sebagai ajaran cinta kasih; _rahmatan lil’alamiin._ Lebih ke budi pekerti; _ahlaqul karim._ Bagaimana komunikasi sosial kita kondusif di tengah bangsa yang pluralis; majemuk, beda suku, beda agama, dan lain-lain.
“Amalan yang kita kedepankan menurut saya bagaimana kita menata _al-Qalbu;_ hati; jiwa, hiasannya _al-Jalal_ (kemuliaan). Dengan begitu insya allah atas izin-Nya sampailah kita di gerbang _al-Ra’fah_ (kesantunan); _innama buistu liutammima makarimal akhlaq._ Teruslah bersyukur, dan perhatikanlah kepentingan orang lain,” pesannya menutup./***
Makanku berbagai varian rasa.
°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°
Thanks for reading Ustadz Milenial Imaduddin : Anak Zaman Sekarang Agama Saja Tidak Cukup Apalagi Model Dakwah Hitam Putih | Tags:
« Prev Post
Next Post »