GUGAT news.com.
Implementasi ajaran agama yang sesungguhnya berimplikasi pada perbuatan yang menyentuh ranah ihsan; berbuat sesuatu yang bermanfaat. Menghadirkan nilai kemanusiaan dalam amaliah keagamaanya.
“Inilah pesan kandungan al-Quran yang sesungguhnya. Spirit membantu sesama. Saling memuliakan. Memanusiakan manusia. Nguwongke uwong, istilahnya wong Jowo," ujar Eddie Karsito, di acara Peringatan Nuzulul Qur'an dan Syukuran Hari Ulang Tahun Ke-27 Yayasan Humaniora Rumah Kemanusiaan, di Perumahan Kranggan Permai, Jatisampurna, Kota Bekasi, Senin (18/04/2022).
Namun belakangan ini, ditambahkan Eddie, ruang publik kita disuguhi berbagai fragmen atas nama agama yang memprihatinkan. Agama yang semestinya berperan penting mampu mengatur sendi kehidupan direndahkan menjadi ajang ‘jual-beli’ agama.
“Kita sedih bagaimana agama dibenturkan dengan politik. Sedih ketika agama jadi alat legitimasi politik. Agama hanya menjadi instrumen untuk meraih kekuasaan yang hanya untuk kelompok nya sendiri. Memprihatinkan!" ujar Pendiri dan Ketua Umum Yayasan Humaniora Rumah Kemanusiaan ini.
Tidak hanya di ranah politik praktis saja, melainkan ada pula semacam Pendangkalan nilai-nilai agama tersebut. Masih menurut Eddie, juga terjadi di sektor ekonomi, bidang pendidikan dan dakwah.
“Praktik seperti ini siapa yang mengaudit. Tak jarang agama hanya sekedar dijadikan semacam packaging and labeling. Sekedar papan nama. Tak menyentuh ke akar masalah,” ujarnya.
Di bidang pendidikan dan dakwah, kata wartawan senior ini, muncul ustadz-ustadz sosialita yang sering tampil di berbagai acara TV bagai selebriti. Mereka layaknya aktor yang tampil di aneka gebyar keriaan Ramadan.
“Honor ceramah mereka pakai tarif. Kesana kemari pakai mobil bermerek penuh pamor. Busana mahal, kadang sebagai brand ambassador. Hal ini menimbulkan ketimpangan sosial dengan para ustadz di kampung-kampung yang justru berdakwah tanpa pamrih,” kritik Eddie.
Belum lagi, ditambahkan Eddie, ada sebagian yang pamer kemewahan. Berbuka puasa di tempat berkelas dengan makanan berlimpah. “Sekali makan bisa memenuhi kebutuhan puluhan atau bahkan ratusan makan anak yatim sebulan,” ujarnya.
Ada lagi yang tega menunjukkan hedonisme ibadah. Berulang kali pergi haji dan umroh, tanpa mengindahkan keinginan orang banyak yang jelas prosedural hingga orang yang belum pernah ke tanah suci harus waiting list (daftar tunggu).
“Kita menyumbang ratusan triliun ke negara Arab Saudi yang sudah kaya raya dari bisnis haji dan umroh. Padahal masyarakat sedang menjerit akibat harga kebutuhan pokok melangit,” keluh Eddie prihatin.
*Introspeksi dan Bulan Sedekah*
Dalam kesempatan itu, Eddie mengajak agar bulan suci Ramadan dapat menjadi momen introspeksi. Meningkatkan derajat ketakwaan hanya kepada Allah SWT. Benar-benar menjadi syahru ash shadaqah (bulan sedekah) yang merupakan satu dari sekian julukan bulan suci.
“Mari kurangi konsumsi pribadi dan keluarga. Tingkatkan intensitas dan kuantitas sedekah,” ajak budayawan yang juga fasilitator program Mobile Arts for Peace (MAP) Tahun 2021 – 2024, University of Lincoln, UK – Inggris ini.
Di setiap acara, papar Eddie, pihaknya tak mengadakan upacara atau seremonial. Apalagi bermewah-mewah an jauh dari itu semua. Agenda utama syukuran HUT Ke-27 Yayasan Humaniora Rumah Kemanusiaan, adalah santunan.
“Kita berkumpul dan berhikmat saja dengan doa. Jangan buang-buang duit hanya untuk seremonial. Fokus membantu fakir miskin, anak yatim, pemulung, janda-janda lanjut usia, dan tukang angkut sampah,” paparnya.
Para pemulung, tegas Eddie, hidup prihatin sepanjang tahun. “Kita puasa Ramadan setahun sekali masih bisa makan enak bergizi. Pemulung puasa sepanjang tahun, kadang makan kadang tidak,” ungkapnya.
*Al-Quran : Memanusiakan Manusia*
Ulang tahun Yayasan Humaniora Rumah Kemanusiaan selalu diperingati umat muslim sedunia. Mengingat bertepatan dengan peringatan Nuzulul Qur'an (17 Ramadhan 1415 H/17 Februari 1995 - 17 Ramadan 1443 H/ 18 April 2022).
Tanggal dan bulan didirikannya yayasan ini secara konsepsional dipilih sebagai transformasi makna; membumikan al-Quran. Wujud iman yang dinyatakan dalam bentuk perbuatan; memanusiakan manusia. Kemanusiaan yang didasari intimitas; hubungan sosial bersifat mendalam dan menyeluruh; rasa saling asih; asah; asuh.
“Al-Quran kitab universal. Pijakan setiap amal, dan barometer dalam segala hal. Ini yang menjadi dasar mengapa Yayasan Humaniora kami dirikan pada momen Nuzulul Quran,” ujar penggiat sosial, yang juga aktor film dan bintang sinetron ini.
Eddie Karsito kembali menegaskan akan rasa terima kasih kepada semua pihak yang turut membantu dan menjadi bagian dari gerakan sosial ini.
“Terima kasih. Semoga bantuannya dilipat gandakan oleh Allah swt sebagai amalan mulia di bulan suci Ramadan,” ujarnya.
Makanku praktis dan tidak ribet
Turut mendukung acara ini memberi donasi, antara lain; Eny Sulistyowati (Triardhika Production), Wiyono Undung Wasito (budayawan), Suryandoro (Swargaloka Foundation), Huang Tjhin Han, (Ketua Indonesia Satu Keluarga), bunda Titik Puji Wiyanti, dan para penyantun lainnya.
Hadir di acara tersebut Ketua Komunitas Amal Sedekah Ikhlas Hati (KASIH), Ageng Kiwi, para volunteer; relawan, dan penggiat sosial lainnya.
Hadir juga Pengurus Yayasan Humaniora Rumah Kemanusiaan, Yati Surachman, Lee Sandie Tjin Kwang, Massuryandi, S.Sos, Ridwan Burnani, Sabrina Salawati Daud, S.Pd, dan Imam Dzaky Syukria Darmawan./***
°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°
Thanks for reading HUT Ke 27 Yayasan Humaniora Rumah Kemanusiaan, Waspada Kapitalisasi Agama Yang Menghancurkan | Tags: Budaya Sosial
« Prev Post
Next Post »