Lawang Sudra (Pintu Sudra) Pintu kecil diantara pintu utama. Foto : Yani.
GUGAT news.com SOLO.
Boleh jadi keberadaan Lawang Sudra ini hanya ada di Kampoeng Batik Laweyan. Lawang Sudra atau Pintu kecil diantara pintu utama masuk ke dalam rumah kebanyakan orang di Kampoeng Batik Laweyan yang berprofesi sebagai pengusaha batik atau saudagar kaya pada saat itu.
Sehingga Lawang Sudra ini juga termasuk bagian sejarah dari kampung Laweyan. Boleh jadi, Lawang Sudra ini hanya ada di Kampoeng Batik Laweyan. Memang, saat GUGAT news.com coba telusuri pada Kampung yang berada di sekitaran dengan Laweyan ada pula Lawang Sudra.
Hanya saja tidak sebanyak dengan yang berada di Kampung Laweyan, hampir semua rumah memiliki Lawang, pintu khusus tersebut. Di Kampung Pajang yang ada di sebelah Barat Laweyan, Sondakan di sebelah Utara serta Bumi di sebelah Timur, sedangkan di Selatan merupakan bantaran sungai yang bersejarah pula.
Sungai yang pernah dipergunakan Kasultanan Pajang dengan Rajanya Sultan Hadiwijaya dikenal sebagai Mas Karebet atau Jaka Tingkir di abad 15 untuk bandar atau pelabuhan sungai menuju Sungai Bengawan Solo dan selanjutnya ke laut lepas, adalah Bandar Kabanaran.
Keberadaan Kampung Laweyan merupakan kampung tertua di Kota Solo, sedikit lebih tua lebih dulu ada daripada Kasultanan Pajang. Sekitar tahun 1500 an, baru beberapa tahun kemudian berdirilah Kerajaan Pajang 1546 an yang berasal dari Kerajaan Demak Bintoro. Dari Raja Raden Patah, Pati Unus, Trenggono barulah Sultan Hadiwijaya mendirikan di Pajang. Waktu itu nama Solo belum ada. Kini Pajang masuk wilayah Solo.
Adalah Sinuhun Paku Buwono II Keraton Kartasura Hadiningrat yang lantaran adanya peristiwa pemberontakan Mas Garendi Gegeran Pecinan, mengungsilah PB II ke daerah Jawa Timur, Ponorogo, Kiai Hasan Besari, Tegalsari, Ponorogo. Sampailah di daerah Laweyan, 6 km ke arah timur dari Keraton Kartasura Hadiningrat, mampirlah PB II kepada beberapa saudagar kaya juragan batik untuk meminjam kuda. guna perjalanan ke Ponorogo.
Hanya saja, permintaan itu ditolaknya sehingga menjadikan amarah Sinuhun PB II sehingga langsung menitahkan Sabda Pandita Ratu nya, " Kelak akan banyak orang kaya di Laweyan dan dikenal pelit, suka membedakan derajat orang melarat yang direndahkan.Tak akan pernah mungkin anak cucuku kelak kuijinkan menikah dan dinikahi orang Laweyan!"
Menariknya, Sabda Pandita Ratu PB II Keraton Kartasura Hadiningrat itupun terbukti hingga kini. Keraton tiada yang saling menikah dengan orang Laweyan, Laweyan dikenal kaya raya dengan saudagar batiknya, dan pembedaan kasta derajat orang-orang pun terbukti. Orang Laweyan terlalu sombong dan merendahkan martabat manusia atau orang miskin. Sebagai buktinya, hingga saat ini hampir semua rumah di Laweyan memiliki Lawang Sudra (Pintu khusus untuk warga miskin masuk rumah orang kaya)
Makanku Makanan Sehat Siap Saji Masa Kini Solusi Di Saat Pandemi Covid-19
Pintu utama masuk ke rumah orang orang kaya di Laweyan yang ukurannya besar besar sekitar 2 X 3 meter lebih itu, di bagian bawah selalu ada pintu masuk berukuran kecil. Pintu inilah yang disebut Lawang Sudra, pintu masuk bagi yang berkastakan Sudra, melarat. Begitu masuk harus merundukan sosok tubuh, pertanda hormat kepada tuan rumah sekaligus bangunan rumah Loji yang sangat mewah pada saat itu.
Lain halnya dengan mereka yang hendak masuk orang-orang kaya, pintu dibuka lebar lebar seukuran pintu sebenarnya, sehingga tidak perlu merundukkan badan juga menghormati rumah lojen nya. "Alhamdulillah... sekarang ini meski masih banyak dijumpai Lawang Sudra, namun keberadaan fungsinya mulai bergeser. Dibuka lah pintunya setengah atau total sepenuhnya tanpa kudu melihat siapa tamu yang datang. Semuanya sama," jelas Selamet, warga setempat. #Yan 1.
Thanks for reading Lawang Sudra Kampung Laweyan | Tags:
« Prev Post
Next Post »