Tembok Beteng Baluwarti Keraton Kasunanan Surakarta Hadiningrat yang jebol
GUGAT news.com. SOLO.
Jebolnya Tembok Beteng Baluwarti Keraton Kasunanan Surakarta Hadiningrat yang ada di sebelah selatan atau tepatnya di Kampung Gurawan, Baluwarti, Pasar Kliwon, bersamaan dengan insiden Butulan Gambuhan, Baluwarti, Pasar Kliwon. Hanya saja, yang membedakan adalah Tembok Beteng Baluwarti Keraton Kasunanan Surakarta Hadiningrat yang ada di sebelah barat atau Kampung Gambuhan, dijebol secara paksa oleh warga setempat lantaran adanya peristiwa Banjir Solo 1966.
H. Achmadi, saksi peristiwa Banjir Solo 1966 asli warga Baluwarti Keraton Kasunanan Surakarta Hadiningrat.
Lain halnya dengan kejadian 56 tahun lalu dengan banjir bandang Kota Solo, Suasananya Keraton Kasunanan Surakarta Hadiningrat layaknya semacam menjadi telaga, danau buatan. Pasalnya, ketinggian dari Tembok Beteng Baluwarti Keraton Kasunanan Surakarta Hadiningrat tidak kurang dari 5 meter, sedangkan luapan air yang menggenangi keraton cukup tinggi, hampir 4 meter. Tak pelak, keraton pun digenangi air banjir.
"Kalau Tembok Beteng Baluwarti yang di barat atau Gambuhan, memang sengaja dijebol secara paksa oleh warga setempat tahun 1966. Kalau tidak segera dijebol, bisa jadi danau dadakan yang ada di keraton akan berkepanjangan. Lain halnya dengan insiden Butulan Gurawan ini, justru bukan hanya selebar pintu jebolnya melainkan hampir 100 meter. Tembok Beteng Baluwarti Gurawan tidak mampu lagi menahan derasnya arus air banjir," jelas H. Achmadi, warga asli warga Baluwarti.
Makanku praktis dan tidak ribet
Kepada GUGAT news yang menjumpai belum lama ini, selaku saksi peristiwa Banjir Solo 66, H. Achmadi mengungkapkan, saat itu dirinya masih muda sehingga masih kuat dalam segala hal dan menyaksikan langsung suasana Banjir Solo yang sepanjang sejarah baru terjadi saat 66 tersebut. Mengerikan, banyaknya orang-orang berlarian tunggang langgang lantaran dikepung air bah. Ditambah lagi jebolnya Tembok Beteng Baluwarti Keraton Kasunanan Surakarta Hadiningrat ini. Dahsyat.!
Yang membedakan Butulan Gambuhan dengan Butulan Gurawan, masih menurut penuturan Achmadi, Gambuhan sepertinya diijinkan oleh beliau Sinuhun Paku Buwono XII Keraton Kasunanan Surakarta Hadiningrat, sehingga tidak perlu ditutup kembali. Sedangkan Gurawan, saat itu pernah hendak ditutup temboknya meski hanya sebatas berketinggian sekitar 2 meter, namun karena warga Gurawan merasa keberatan sehingga oleh PB XII di beri akses jalan.
Bahkan saat itu, ditambahkan Achmadi, akses jalan selebar 4 meteran itu biasa dipakai untuk keluar masuk mobil. Mungkin dirasakan kurang begitu bisa menjadikannya nyaman bagi warga Jeron Keraton Kasunanan atau kampung Baluwarti, oleh Sinuhun PB XII dipetsempit menjadi 1 meter. Sehingga hanya dikhususkan bagi pejalan kaki, pesepeda ontel dan pemotor saja, sama dengan Butulan Gambuhan.
Baik Butulan Gambuhan juga Gurawan dibuka nonstop selama 24 jam. Sebagai akses jalan keluar masuknya bagi warga Baluwarti selama 24 jam. Pastinya juga untuk jalan umum. Apalagi jika sudah waktu malam hari, mulai jam 22.00 wib bersamaan dengan ditutupnya Lawang Gapit atau ke empat Kori Brojonolo Keraton Kasunanan Surakarta Hadiningrat dari arah Utara, Timur, Selatan dan Barat, kedua Butulan itu bisa dipergunakan.
"Alhamdulillah... runtuhan dari Tembok Beteng Baluwarti Keraton Kasunanan Surakarta Hadiningrat di Gurawan ini, lantaran adanya peristiwa Banjir Solo 66 batu batanya bisa saya manfaatkan untuk membangun rumah dan tidak dipermasalahkan oleh beliau Sinuhun PB XII Keraton Kasunanan Surakarta Hadiningrat waktu itu. Kebetulan kami juga keluarga abdi dalem," pungkas H. Achmadi yang rumahnya persis ada di depan Butulan Gurawan. #V1N
Thanks for reading Tembok Beteng Gurawan Baluwarti Keraton Solo Jebol | Tags: Peristiwa
« Prev Post
Next Post »