Langgar Laweyan Solo banyak memiliki menyimpan sejarah perjuangan
GUGAT news.com SOLO
Boleh jadi, bukan hanya di Jawa Tengah saja melainkan di Pulau Jawa, masjid kecil yang tidak dipergunakan untuk mendirikan shalat Jumat biasanya dikenal sebagai Langgar, Surau ataupun musholla. Akan halnya dengan Langgar Laweyan Solo yang ada di jalan raya Dr Rajiman Kampung Batik Sondakan atau tepatnya di Sondakan RT 001 RW 006 Sondakan, Laweyan, Solo, ini banyak menyimpan kenangan pengalaman bersejarah di jaman perjuangan mengusir penjajah Belanda.
Langgar Laweyan Solo ini yang dibangun oleh keluarga H Marto Saputro saudagar kaya raya dengan usaha batik nya pada tahun 1918, dahulu selain merupakan rumah ibadah untuk menunaikan ibadah sholat fardhu lima waktu, juga merupakan markas dari pejuang laskar Islam, Hisbullah. Tak jarang, setelah mereka para pejuang tersebut selesai menunaikan ibadah shalat, biasanya agenda selanjutnya berdiskusi tentang strategi untuk perang melawan Kolonial Belanda.
Sehingga tidaklah mengherankan lagi, bilamana Langgar Laweyan yang memiliki luas bangunan tidaklah lebih dari 100 M2 itu merupakan sasaran tembak dari Tentara Belanda. Anehnya, sekalipun biasa dikepung dan di tembaki oleh puluhan Tentara Belanda, namun tidak pernah mengalami kerusakan yang cukup berarti. Sekaligus tidak pernah membawa korban jiwa. Kesemuanya itu tidaklah terlepas dari kuasa Ilahi, Gusti Kang Murbeng Dumadi Akaryo Jagad Allah SWT, Langgar Laweyan tetap berdiri unik, menarik, antik hingga saat ini.
Makanku Makanan Sehat Siap Saji Masa Kini
Puluhan tahun lalu, tidak sembarang orang berani untuk masuk seorang diri meskipun untuk melakukan shalat Fardhu ataupun Sunnah tanpa ada temannya. Suasananya dikenal cukup "wingit" angker, tidaklah seperti sekarang ini megah, mewah dan berseri. Bersih, Rapi dan Indah. Pastinya terbuka lebar tidaklah seperti tahun 1970 an, tertutup rapat oleh pagar setengah dinding dan minimalis kayu jati. Sedangkan halamannya, bukan lantai semen seperti saat ini, dahulunya penuh dengan bebatuan. "Sehingga saat diinjak akan menimbulkan bunyi suara kremsek, membawa suasana sedikit merinding," jelas Joko Hartono (65), saudara pemilik Langgar Laweyan.
Saat puluhan tahun lalu 1970 an, masih menurut penuturan Joko Hartono, selain Suasananya masih sepi tidak seperti saat ini, kondisi Langgar Laweyan meski dipakai untuk umum, namun saat itu jarang ada yang berani mampir meski u hanya sekedar untuk salat. Dan, pintu pagarnya selalu tertutup sekalipun tidak dikunci. "Sudah Suasananya sepi meski di pinggir jalan raya, ditambah lagi Suasananya bangunan kuno menambah kesan angker tersendiri," ujarnya.
Lain halnya dengan sekarang ini, tambah Joko Hartono, Suasananya Langgar Laweyan semakin ramai dengan jamaah dari sekitar Kampung Sondakan, bahkan mereka datang dari luar Solo dan menyempatkan singgah barang sejenak untuk shalat dan berfoto ria dengan Langgar Laweyan yang bersejarah ini. Bukan hanya itu saja, dipakai pula untuk free wedding calon pengantin sebelum melakukan pernikahan, ijab qobul. " Kini Langgar Laweyan biasa dipakai jujugan dari luar Solo untuk mampir shalat dan foto. Dari pagi hingga dinihari tak pernah sepi dan kesan angker sudah tak ada lagi malahan unik dan menarik," tutup Joko Hartono. #V1K / Yan 1
Kali Pepe Land Destinasi Wisata Terbaru di Soloraya
Thanks for reading Langgar Laweyan Yang Banyak Memiliki Sejarah Perjuangan | Tags: Budaya
« Prev Post
Next Post »