Devile Drumband Keraton Kasunanan Surakarta Hadiningrat Awali Malem Selikuran. Foto : Yani.
GUGAT news.com SOLO
Malam itu ada dua Malam Selikuran yang digelar oleh Keraton Kasunanan Surakarta Hadiningrat. Sebelumnya malam selikuran atau Mapak, menjemput Lailatul Qadar berkah dari Gusti Kang Murbeng Dumadi Akaryo Jagad Allah SWT yang merupakan malam terbaik dari 1000 bulan, pada tanggal ganjil di bulan Ramadhan, 21, 23, 25, 27 dan 29, dilaksanakan oleh beliau Sinuhun Paku Buwono XIII Keraton Kasunanan Surakarta Hadiningrat, Selasa (11/4) bakda, selesai dari shalat isya.
Rute yang ditempuh, dari mulai pintu Sasono Putro atau depan halaman Sasono Mulyo, Kori Kamandungan terus berisan selanjutnya menuju Segaran Taman Sriwedari, menempuh jarak sekitar 3-4 km. Seperti biasanya tahun tahun sebelumnya, uba rampe yang dikirab mulai dari Pasukan Prajurit Drumband Devile Keraton Kasunanan Surakarta Hadiningrat, barisan ulama, disusul lampu Ting dari bahan bakar minyak tanah.
Kesemuanya di bawa atau ditandu oleh sejumlah prajurit dan abdi dalem, baik Kakung ataupun Istri, pria dan wanita.Pastinya, tidak mungkin ketinggalan adanya 1000 tumpeng yang untuk dibagikan kepada warga masyarakat setelah usai didoakan oleh puluhan ulama Keraton Kasunanan Surakarta Hadiningrat. Sebelumnya, dibacakan terlebih dahulu akan sejarah Mapak Lailatul Qadar oleh abdi dalem ulama.
Begitu selesai dan masuklah Devile Drumband Keraton Kasunanan Surakarta ke Kori Kamandungan sekitar pukul 21.00 WIB dan bersamaan selesainya jama'ah shalat taraweh di Masjid Agung, ritual sakral Mapak Lailatul Qadar oleh Lembaga Dewan Adat (LDA) yang dipimpin langsung oleh beliau Gusti Kanjeng Ratu ( GKR) Wandansari Koes Moertiyah yang akrab disapa Gusti Moeng dimulai.
Adalah Pasukan Bergodo, pasukan perang tempo dulu semasa kejayaan Keraton Kasunanan Surakarta Hadiningrat merupakan cucuk lampah, barisan terdepan dalam acara Malem Selikuran itu. Sama dengan yang dilakukan Sinuhun Paku Buwono XIII Keraton Kasunanan Surakarta Hadiningrat sebelumnya. Iring iringan selanjutnya puluhan ulama, kirab lampu Ting, selanjutnya disusul puluhan jodang berisikan 1000 nasi tumpeng.
Yang membedakan Mapak Lailatul Qadar PB XIII dengan LDA masalah rutenya saja. "Kami tidak menuju ke Taman Sriwedari seperti puluhan tahun lalu setelah Sriwedari marak diorak Arik dan rusak, melainkan dari Kori Kamandungan berjalan memutari Cepuri Keraton Kasunanan Surakarta atau muter sepanjang Kampung Baluwarti baru masuk Sitihinggil Lor, Bangsal Pagelaran, Alun alun Lor langsung ke kiri masuk ke Masjid Agung untuk melakukan doa bersama," terang Gusti Mung.# Yani.
Thanks for reading Gusti Mung Gelar Malem Selikuran | Tags: Budaya
« Prev Post
Next Post »