Gunawan Nizar Owners Batik Putra Laweyan. Foto : Yani
GUGAT news.com SOLO
Menggeliat sekaligus menjadikan berkembangnya Kampoeng Batik Laweyan, tidak terlepas dari kepedulian tangan terampil Mas Wali Gibran Rakabuming Raka. " Semenjak ikut cawe cawenya Mas Gibran Rakabuming Raka ke Kampoeng Batik Laweyan, ya otomatis bisa seperti sekarang ini, Kampoeng Batik Laweyan kembali moncer, populer dan terkenal," papar Gunawan Nizar. Senin (2/10) siang.
Motiv batik Istimewa harganya lebih dari 10 juta.
Lebih jauh, owners, pemilik dari rumah batik Putra Laweyan ini mengaku bangga sekaligus senang sekali dengan keikutsertaan nya Gibran dalam mempopulerkan Kampoeng Batik Laweyan yang puluhan tahun silam mati suri dan tiarap. " Tahun 2004 Kampoeng Batik Laweyan pelan namun pasti kembali menggeliat terus bangkit," terang Gunawan Nizar.
Sehingga tak begitu lama, lanjut Pak Gun, sapaan akrab Gunawan Nizar, lima tahun kemudian resmi diakui oleh UNESCO PBB bilamana batik merupakan warisan budaya luhur asli dari Indonesia. Dampaknya, ya seperti sekarang ini, Kampoeng Batik Laweyan kembali mendunia setidaknya mulai kesohor di seantero penjuru tanah air.
Kali Pepe Land Destinasi Wisata di Desa Gagaksipat, Ngemplak, Boyolali, Solo
Imbasnya apalagi kalau bukan masalah terangkatnya kembali perekonomian usaha di bidang perbatikan. Kampoeng Batik Laweyan pun terus bergerak maju pesat masalah ekonomi di bidang usaha batik. "Alhamdulillah...setelah puluhan tahun kalah bersaing dengan batik printing yang ada di sebelah selatan Kampoeng Batik Laweyan dan masuk wilayah Kabupaten Sukoharjo, kini batik tulis dan cap kembali berjaya," ujar Gunawan bangga.
Empat belas tahun sudah batik ditetapkan oleh UNESCO PBB sebagai warisan luhur dari Indonesia, selama itu pula perusahaan batik yang semula tiarap, sekarang ini bukan menggeliat saja melain terus berkembang maju pesat.
" Kembali usaha batik dari pabrikan di Kampoeng Batik Laweyan terus berkembang maju pesat. Puluhan pabrik batik tulis dan cap mulai buka kembali. Langsung produksi sendiri di rumah yang menjadi pabrik ada di belakang, sedangkan depan rumah dipakai untuk etalase jualan produk batik," terang Pak Gun.
Bahkan, lanjut Pak Gun, batik yang dahulu dikenal dan identik dengan busananya orang-orang tua dan khusus untuk pakaian hajatan atau acara khusus, sekarang ini sudah tidak lagi. Batik pantas dipakai diberbagai usia, dari anak-anak hingga orang tua, sekaligus milenia.
"Alhamdulillah...pandangan kaum milenia sekarang ini malahan banyak yang menyukai berpakaian batik. Kain atau pakaian batik dipadu kombinasikan dengan kain apapun pantes, termasuk dengan celana jeans juga cocok. Bukan hanya untuk kondangan saja, melainkan untuk keseharian juga bagus lebih bonafit," pungkas Gunawan Nizar. # Yani.
Thanks for reading Gibran Banyak Membantu Kampoeng Batik Laweyan | Tags: Budaya Ekonomi
« Prev Post
Next Post »