Masjid Laweyan Lebih Tua Dari Masjid Kota Gede Jogjakarta

Juni 24, 2024
Senin, 24 Juni 2024


 Semula Bernama Masjid Ki Ageng Henis oleh Sinuhun Paku Buwono (PB) X Keraton Kasunanan Surakarta Hadiningrat diganti menjadi Masjid Laweyan. Foto : Yani

GUGAT news.com SOLO 

Ditegaskan oleh beliau salah satu Putra Ndalem Sinuhun Paku Buwono XII Keraton Kasunanan Surakarta Hadiningrat, Gusti Pangeran Haryo (GPH) Puger, bilamana berdirinya Masjid Laweyan yang ada di Laweyan, Kampung Tertua di Kota Solo itu jauh lebih tua dari berdirinya Masjid Kota Gede, Jogjakarta, peninggalan Panembahan Senopati (1600 an)

" Logika nya, jauh sebelum Panembahan Senopati membangun Masjid Kota Gede, Jogjakarta, Masjid Laweyan sudah dibangun oleh Ki Ageng Henis, kakek dari Danang Sutawijaya yang setelah dewasanya jumeneng Noto sebagai Panembahan Senopati. Semula dikenal sebagai Masjid Ki Ageng Henis, (1546) oleh Sinuhun PB X Keraton Kasunanan Surakarta Hadiningrat diubah menjadi Masjid Laweyan, bahkan masa kecil Panembahan Senopati itu biasa shalat di Masjid Ki Ageng Henis," jelas GPH Puger.

GPH Puger salah satu Putra Ndalem Sinuhun Paku Buwono ( PB) XII Keraton Kasunanan Surakarta Hadiningrat.

Puluhan tahun selanjutnya, lanjut Gusti Puger, panggilan akrab GPH Puger, barulah Danang Sutawijaya yang akhirnya Jumeneng Noto sebagai Raja pendiri Dinasti Mataram Islam dengan sebutan Panembahan Senopati di Kota Gede, Jogjakarta.dari lahan pertanahan yang diberikan Sultan Hadiwijaya atau Mas Karebet yang lebih populer dengan sebutan Joko Tingkir kepada Ki Ageng Pemanahan, bapaknya Panembahan Senopati.

Diberikan lahan tanah perdikan di Alas Mentaok Kota Gede, masih menurut penuturan Gusti Puger, disebabkan Ki Ageng Pemanahan telah banyak membantu Sultan Hadiwijaya untuk membunuh Gusti Haryo Penangsang yang mengancam jiwa Raja Pajang itu. Sebagai hadiahnya berhasil membunuh Haryo Penangsang, Ki Ageng Pemanahan diberi tanah di Alas Mentaok, sedangkan Ki Penjawi diberikan tanah di Pati.

"Mulailah Danang Sutawijaya meninggalkan orangtua angkatnya, Sultan Hadiwijaya. Bersama ayahnya Ki Ageng Pemanahan, Danang Sutawijaya babat alas membuka alas pemberian Sultan Hadiwijaya di Mentaok untuk dibangun rumah tinggal yang selanjutnya sepeninggal Ki Ageng Pemanahan, dijadikannya rumah peninggalan orang tuanya untuk dijadikan kerajaan." urai Gusti Puger.

Dari bekas rumah yang ada di Alas Mentaok, sedikit demi sedikit dibukalah hutan Mentaok untuk dibangun kerajaan (1575-1601) oleh Danang Sutawijaya yang akhirnya menyebutkan dirinya setelah jumeneng Noto sebagai raja Dinasti Mataram Islam Panembahan Senopati. "Sudah jelas bukan kalau Masjid Laweyan, Solo, (1546) lebih tua dari Masjid Kota Gede, Jogjakarta?" pungkas GPH Puger, seraya tersenyum. #V1N

Thanks for reading Masjid Laweyan Lebih Tua Dari Masjid Kota Gede Jogjakarta | Tags:

Next Article
« Prev Post
Previous Article
Next Post »

TERKAIT

Show comments

HOT NEWS