Di antara rerimbunan pohon pisang, ada Gumuk peninggalan Tumenggung Mayang untuk memantau Raden Pabelan Menyelinap masuk ke Kasultanan Pajang. Foto : Yani.
GUGAT news.com SUKOHARJO
Pagi sekitar pukul 08.00 WIB, Mbah Pur (81) kepada GUGAT news yang menjumpai di sekitar area adanya Gumuk peninggalan Tumenggung Mayang, Gumuk adalah semacam gundukan tanah yang menyerupai layaknya sebuah bukit untuk melihat pandangan secara luas dan jarak jauh.
Akan halnya dengan Gumuk yang ada di Kampung Ngemplak Mayang RT OO3 RW 001 Mayang, Baki, SUKOHARJO itu dahulunya dipergunakan oleh beliau Tumenggung Mayang untuk memantau keberadaan putranya, Raden Pabelan saat berada di dalam Istana Kerajaan Pajang.
Dimulailah dari Gumuk, selesai memberikan wejangan, saran dan nasihatnya, Bapak dan anak itu langsung berjalan menuju Benteng Baluwarti Kerajaan Kasultanan Pajang yang memang tidak jauh dari keberadaan Keraton Pajang, tidak lebih dari 1 km jaraknya.
Selesai melakukan ritual japa mantra yang memang Tumenggung Mayang, salah satu petinggi prajurit Kerajaan Kasultanan Pajang yang dikenal sakti itu berhasil menjadikan rendahnya Beteng Baluwarti Keraton Pajang, sehingga Raden Pabelan mampu melompati dan masuk menyelinap ke kamar Gusti Kanjeng Ratu (GKR) Sekar Kedhaton, putri Ndalem Sultan Hadiwijaya.
Saat itu pula, Tumenggung Mayang bergegas untuk segera kembali ke Gumuk menunggu keluarnya Raden Pabelan dari tembok benteng Baluwarti Keraton Pajang. Menunggu dengan harap harap cemas, ternyata naas menimpa putra kesayangannya Tumenggung Mayang, lupa wejangan dari bapak nya Raden Pabelan lumpuh tidak mampu untuk keluar Istana Pajang.
"Akibatnya, ditangkapnya Raden Pabelan oleh prajurit saat masih berada di dalam ruangan Ndalem keputren GKR Sekar Kedhaton. Fatal akibatnya, setelah berada di depan Sultan Hadiwijaya dipenggal lah kepala Raden Pabelan. Dini hari itu juga dilarung, dihanyutkan jasad Raden Pabelan dari Sungai Brojo yang tidak jauh dari lokasi keraton, mengalir ke Sungai Jenes Laweyan dan nyangkrah sebelum sampai di Sungai Bengawan Solo," cerita Mbah Pur.
Bisa jadi, lanjut Mbah Pur, kalau saja Raden Pabelan tidak lupa akan wejangan Tumenggung Mayang, pembunuhan itu tidak akan pernah terjadi. Lantaran ke asyik an mesum bermesraan ria dengan Gusti Sekar Kedhaton, saran dan nasihat bapaknya terlupakan. Jangan sampai keluar Istana setelah berkokok nya ayam jantan, harus sebelumnya. Gagal sudah ilmu yang diberikan ayah nya untuk keluar Beteng Baluwarti sebelum adanya kokok ayam jantan. Tamatlah riwayat hidup Raden Pabelan.
Sejarah peninggalan Gumuk, kini kabarnya juga menjadi semacam gundukan tanah yang tidak tinggi lagi melainkan telah ambles ke bumi, sehingga hanya mirip menyerupai gundukan tanah kuburan saja. Sayangnya, GUGAT news tidak mampu untuk menuju ke lokasi yang diceritakan Mbah Pur. Harus jalan kaki menapaki jalan kecil, becek di tengah persawahan.
Namun bisa juga ditempuh dengan menyeberangi sungai kecil atau harus melewati serta menyusur rerimbunan pohon di samping parit irigasi. Bisa pula dengan berjalan melewati bagian dari rel kereta api. Menariknya, meskipun sulit untuk ditempuh ke Gumuk, namun masih saja ada yang ngalap berkah di lokasi Gumuk yang banyak ditumbuhi pohon pisang. Pohon pisang merupakan 1 dari 5 pohon yang disukai mahluk Abstral. Beringin, Randu, Sawo, Bambu dan pisang. #Yani.
Thanks for reading Gumuk Pemantau Raden Pabelan Menyelinap Ke Istana Pajang | Tags: Peristiwa Budaya
« Prev Post
Next Post »