GPH Puger di depan Masjid Laweyan (1546) sebagai bukti Kampung Batik Laweyan Solo lebih tua dari berdirinya Dinasti Mataram Islam. Foto : Yani
GUGAT news.com SOLO
Inilah alasan yang sangat logika disampaikan oleh beliau Gusti Pangeran Haryo (GPH) Puger, salah satu Putra Ndalem Sinuhun Paku Buwono (PB) XII Keraton Kasunanan Surakarta Hadiningrat yang menyoal masalah keberadaan Kampung Batik Laweyan jika lebih tua dari Dinas Mataram Islam, dengan Kota Gede, Jogjakarta, sebagai lokasi berdirinya kerajaan.
"Bisa jadi, malahan lebih dahulu keberadaan Kampung Batik Laweyan ini dengan Kasultanan Pajang Sultan Hadiwijaya atau Mas Karebet yang lebih populer dengan sebutan Joko Tingkir dan datang dari Demak Bintoro. Sebelum adanya Kerajaan Pajang, Kampung Batik Laweyan sepertinya sudah ada. Sebelum abad 15. Sedangkan Kerajaan Pajang berdiri sekitar abad 15. Apalagi dengan Dinasti Mataram Islam, kampung Laweyan Solo jauh lebih tua," jelas GPH Puger.
Ditambah Gusti Puger, panggilan akrab GPH Puger, bahkan pendiri Dinasti Mataram Islam (1582), Panembahan Senopati yang masa kecilnya bernama Danang Sutawijaya, salah satu Putra dari Ki Ageng Pemanahan masih tinggal di Kampung Batik Laweyan dan merupakan anak angkat dari Joko Tingkir. Sehingga masa kecil Danang Sutawijaya waktunya banyak dihabiskan di Kasultanan Pajang dan Kampung Laweyan yang memang berdampingan.
Bukan hanya itu saja, bukti lain dikenalnya Kampung Batik Laweyan kampung tertua di Kota Solo dan Kota Jogjakarta, kebiasaan shalat lima waktu Danang Sutawijaya di setiap harinya di Masjid Laweyan milik Kakeknya, Ki Ageng Henis yang merupakan pemberian dari Ki Ageng Beluk, petinggi agama Hindu di Laweyan pada saat itu yang menyerahkan Pure nya kepada Ki Ageng Henis setelah masuk Islam.
" Dari sinilah kejadian bisa dirunut, sebelum menjadi raja, jumeneng Noto sebagai Raja pendiri Dinasti Mataram Islam dengan gelar Panembahan Senopati, masa kecil hingga menjadi pemuda Danang Sutawijaya alias Panembahan Senopati tinggal di Kampung Laweyan dan biasa shalat di Masjid Ki Ageng Henis milik Kakeknya. Dahulunya disebut Madjid Ki Ageng Henis, oleh Sinuhun PB X Keraton Kasunanan Surakarta Hadiningrat diganti menjadi Masjid Laweyan," terang Gusti Puger, serius.
Bahkan cerita turun temurun dari orang orang tua di Kampung Laweyan, beliau Danang Sutawijaya saat tinggal di Kampung Laweyan, dikenal sebagai Ngabehi Lor Ing Pasar atau Ngabehi yang tinggal di sebelah utara Pasar Laweyan. Dikenal sebagai Kampung Batik Laweyan, lantaran dari Ki Ageng Henis lah yang memberikan pendidikan tentang batik kepada warga masyarakat Kampung Laweyan saat itu hingga terkenal seperti sekarang ini.
"Terbukti sudah nggih, ya, jika adanya Kampung Batik Laweyan lebih tua dari berdirinya Kerajaan Dinasti Mataram Islam Kota Gede, Bantul, Kartasura Hadiningrat hingga Keraton Kasunanan Surakarta Hadiningrat, apalagi dengan Jogjakarta, jauh selisihnya ratusan tahun. Sehingga tidaklah mengherankan lagi, jika Kampung Batik Laweyan banyak peninggalan bersejarah," pungkas GPH Puger tersenyum. #Yani.
Thanks for reading Kampung Batik Laweyan Lebih Tua Dari Dinasti Mataram Islam | Tags: Peristiwa Budaya
« Prev Post
Next Post »