Kecamatan Laweyan Miliki Masjid Laweyan dan Langgar Laweyan

Juli 16, 2024
Selasa, 16 Juli 2024


Masjid Laweyan adalah masjid tertua di Kota Solo peninggalan Ki Ageng Henis Ulama Besar Kerajaan Kasultanan Pajang Sultan Hadiwijaya (1546)

GUGAT news. SOLO 

Selama ini, banyak orang lebih tahunya akan kepopuleran Masjid Laweyan, masjid tertua di Kota Solo dari peninggalan Ki Ageng Henis tokoh masyarakat sekaligus merupakan seorang ulama besar dari Kerajaan Kasultanan Pajang Sultan Hadiwijaya atau Mas Karebet yang lebih populer dengan sebutan Joko Tingkir. Ada di Kampung Batik Laweyan.

Masjid yang masih menyisakan sedikit arsitektur bangunan Hindu itu, lantaran memang dahulunya merupakan sarana peribadatan bagi pemeluk agama Hindu dan oleh pemiliknya dari Bedinde Ki Ageng Beluk yang telah menjadi mualaf, memeluk agama Islam lantaran kedekatan dan persahabatannya dengan Ki Ageng Henis, diberikanlah Pure miliknya kepada Ki Ageng Henis.

Oleh Ki Ageng Henis pemberian Pure dari sahabat nya Ki Ageng Beluk, langsung dimanfaatkan dan dirubahnya menjadi sarana peribadahan untuk umat Islam, dirubahlah menjadi Masjid Ki Ageng Henis, Kasultanan Pajang. Seiring perkembangan zaman, oleh Sinuhun Paku Buwono (PB) X Keraton Kasunanan Surakarta Hadiningrat, diganti namanya menjadi Masjid Laweyan yang sesuai dengan lokasi keberadaannya di Kampung Laweyan.

Langgar Laweyan yang dahulu juga dipakai sebagai markas tentara Islam Hizbullah. Foto : Yani.

Di Kecamatan Laweyan yang memiliki 11 Kalurahan ini, Laweyan, Pajang, Sondakan, Kerten, Jajar, Karangasem, Purwosari, Bumi, Penumpang, Sriwedari dan Penularan ini juga ada Musholla, Surau atau Langgar bernama Langgar Laweyan yang juga masuk dalam daftar Cagar Budaya serta memiliki pula nilai historis yang sangat tinggi. " Kalau Masjid Laweyan di jaman kerajaan, Langgar Laweyan (1912) ada di jaman penjajahan Belanda, ada di Kampung Batik Sondakan," terang Ir. H. Burhan, pengurus Langgar Laweyan.

Baik Madjid Laweyan, lanjut Ir. H. Burhan, serta Langgar Laweyan kesemuanya berada di Kecamatan Laweyan. Masjid Laweyan ada di Kalurahan Laweyan, sedangkan Langgar Laweyan ada di Kalurahan Sondakan. Beda lainnya, Masjid Laweyan lebih luas dan dipakai shalat Jum'at, sedangkan Langgar Merdeka lebih kecil dan tidak dipergunakan untuk shalat Jum'at.

Luas lahan Langgar Laweyan yang ada di Jalan raya Dr Rajiman atau masuk di wilayah Sondakan RT 01 RW 06, masih menurut penuturan Ir H Burhan, tidak lebih 150 m2, sehingga ruangan shalat di Langgar Laweyan baik untuk jamaah putra dan putri hanya sekitar 90 M2. Sehingga cukup kecil kalau dipakai mendirikan shalat Jum'at meski saat shalat Tarawih mampu menampung jamaah putra putri tidak kurang dari 70 jamaah.

"Selama ini, banyak sekali yang membicarakan tentang sejarah Masjid Laweyan namun tidak dengan Langgar Laweyan sekalipun juga memiliki nilai historis yang cukuplah tinggi pula. Masjid Laweyan di jaman kerajaan sedangkan Langgar Laweyan banyak berkaitan dengan kolonialisme Belanda. Bahkan ada bekas tembakan peluru yang hingga kini masih berbekas pada salah satu pintu di Langgar Laweyan," jelas Haji Burhan, panggilan akrab Ir H Burhan.

Saat itu, Langgar Laweyan selain biasa dipergunakan untuk jamaah shalat wajib lima waktu, juga sering dipergunakan oleh mereka tentara laskar Hizbullah untuk kordinasi mengatur strategi serta siasat perang. Sehingga tidaklah mengherankan lagi, jika sering dibombardir dengan tembakan oleh tentara Belanda. Anehnya, tidak sedikitpun merusak bangunan Langgar Laweyan yang hingga sekarang ini masih tetap terawat bagus.

" Memang sudah beberapa kali mengalami renovasi, seperti pagar kayu jati di depan, ruangan wudhu jamaah pria dan wanita serta batu kerikil di halaman sampai plafon enternit yang dahulunya bilik Gedeg bambu kini di ganti asbes. Lainnya masih utuh dan asli, termasuk kentongan yang kala itu bermanfaat sekali untuk jamaah dan Laskar Hasbullah," papar Ir H Burhan.

Kentongan, masih menurut penuturan H Burhan, kentongan selain berfungsi untuk dimulainya dikumandangkan adzan panggilan shalat fardhu juga dipergunakan untuk kode kode sandi panggilan pertemuan rahasia diantara pejuang Islam Laskar Hasbullah. Pastinya di luar dari kegiatan ibadah shalat wajib. Namun terkadang bersamaan, hanya saja begitu jamaah shalat wajib selesai dan pulang, baru pertemuan di lanjutkan dengan para anggota Laskar Hasbullah.

Masalah kepemilikan, ditegaskan lagi oleh Ir H Burhan, Masjid Laweyan pemberian dari Ki Ageng Beluk kepada Ki Ageng Henis lantaran kedekatan persahabatannya. Sedangkan Langgar Laweyan merupakan milik pribadi dari seseorang pedagang saudagar batik, yaitu H Saliman Marto Saputra yang dipergunakan untuk umum. Tidak terkecuali untuk kegiatan perang Laskar Hasbullah memerangi tentara kolonial Belanda. #Yani.




Thanks for reading Kecamatan Laweyan Miliki Masjid Laweyan dan Langgar Laweyan | Tags:

Next Article
« Prev Post
Previous Article
Next Post »

TERKAIT

Show comments

HOT NEWS