Dahulu dikenal sebagai Masjid Nusupan, kini ditambah dengan kata An-Nikmah. Mesjid tertua di wilayah Kabupaten Sukoharjo. Foto : Yani
GUGAT news.com SUKOHARJO
Dikatakan Sarjono, imam masjid An-Nikmah Nusupan, Kadokan, Grogol, Sukoharjo yang juga tokoh masyarakat dan mantan Sekretaris Desa Kadokan, dirinya tidak mengetahui secara pasti bilamana keberadaan Masjid An-Nikmah itu usianya sepantaran dengan Masjid Laweyan (1546) di jaman Kerajaan Pajang dengan Rajanya Sultan Hadiwijaya atau Mas Karebet yang lebih populer dengan sebutan Joko Tingkir.
"Saya tidak tahu secara pasti jika keberadaan Masjid An-Nikmah Nusupan itu usianya hampir 500 tahun sejaman dengan Masjid Laweyan dan Kerajaan Pajang. Mungkin saja, itu semua dikaitkan dengan adanya Bandar Kabanaran, Laweyan, Bandar Semanggi dan Bandar Nusupan sekitar abad 13 dan 14." ujar Sarjono yang turut diiyakan jamaah lainnya.
Masjid An-Nikmah, lanjut Sarjono semula dikenal sebagai Masjid Nusupan, mungkin oleh Sinuhun Paku Buwono (PB) X Keraton Kasunanan Surakarta Hadiningrat ditambahkan depannya dengan kata An-Nikmah. Warga masyarakat Kampung Nusupan, tahunnya jika Masjid yang belum lama direnovasi oleh Keluarga Raden Haji Cokro Sukarno, lantaran sudah mulai rapuh itu merupakan peninggalan dari Sinuhun PB III (1750) an.
Pastinya, masih menurut penuturan Sardjono, keberadaan dari Masjid An-Nikmah Nusupan ini merupakan masjid tertua di seluruh Kabupaten Sukoharjo, setidaknya selisih tahun dengan berdirinya Kabupaten Sukoharjo cukup lama sekali, 200 tahun lebih. Sinuhun PB III itu 1750 an, sedangkan berdirinya Kabupaten Sukoharjo baru 1946, setahun setelah kemerdekaan Indonesia 1945.
"Apalagi kalau Masjid yang semula hanya bernama Masjid Nusupan ini ada di jaman Kasultanan Pajang Sultan Hadiwijaya atau Mas Karebet yang lebih populer dengan sebutan Joko Tingkir abad 15 silam, sangat jauh sekali dengan keberadaan berdirinya Sukoharjo. Kalau hal ini, kepastiannya kami tidak tahu secara detail."ujar Sardjono yang kembali turut diiyakan oleh jama'ah masjid.
Kalau dirunut sejarahnya, kembali Sardjono menuturkan, bisa jadi benar adanya. Artinya, adanya Bandar Semanggi juga Bandar Nusupan yang pastinya ramai sekali pelabuhan saat itu, apalagi Jaks Tingkir merupakan raja Kasultanan Pajang Islam, bisa dipastikan lagi akan adanya tempat rumah ibadah seperti halnya Masjid Laweyan (1546) yang juga tidak jauh dari Bandar Kabanaran.
"Mungkin saja benar adanya Masjid Nusupan yang ditambahkan menjadi An-Nikmah Nusupan itu ada di Jaman Kasultanan Pajang. Pasalnya, kondisi bangunan masjid cukup sederhana dan tidak begitu besar. Ruang utama dan keputren saja. Hanya dinding nya yang masih asli serta ke tiga tiang Saka guru. Ada satu tiang kayu jati saka Guru yang rapuh dan digantikan dengan baru. Lokasinya juga berdekatan dengan bandar Nusupan," jelas Sardjono.
Bebas Banjir
Menariknya, kembali Sardjono mengkisahkan, dari cerita turun temurun orang orang tua asli warga Nusupan, Madjid Nusupan ini jarang sekali terkena dampak banjir saat ratusan tahun silam hingga banjir bandang Solo tahun 1966, selalu terbebaskan dari kebanjiran. Padahal di depan masjid waktu itu lalu lalang perahu perahu jalan mondar-mandir di depan halaman masjid.
Bahkan disaat banjir Solo tahun 1966, Sungai Bengawan Solo meluap hingga airnya menggenangi Kota Solo, namun tidaklah dengan kondisi Masjid Nusupan yang meski tidak jauh dari Sungai Bengawan Solo, namun senantiasa tetap terjaga dari dampak kebanjiran. Menariknya lagi, bagian bangunan Masjid Nusupan meski tersentuh air bah namun tidak ada yang rusak sama sekali. Tembok dinding masjid tetap utuh, tidak roboh.
" Selain bisa jadi keberadaan Masjid Nusupan saat itu berada di atas lahan tanah yang tinggi, bagaimana pun juga kesemuanya tidak terlepas dari Kuasa Gusti Kang Murbeng Dumadi Akaryo Jagad, Allah SWT sehingga air banjir luapan Sungai Bengawan Solo yang jaraknya dari masjid tidak lebih 500 meter itu tetap terjaga utuh tidak rusak sama sekali," pungkas Sardjono tersenyum. #Yani.
Thanks for reading Masjid Nusupan Tertua Di Sukoharjo | Tags: Budaya
« Prev Post
Next Post »