Pasar Rakyat Gawok ini ada di Desa Geneng, Gawok, Gatak, Sukoharjo dahulunya dikenal sebagai Pasar Lanang. Foto ; Yani
GUGAT news.com SUKOHARJO
Minggu (7/7) dari mulai jam 06.00 WIB sampai jelang sore, sekitar pukul 14.00 WIB, suasananya Pasar Rakyat Gawok masih terasa ramai, meski satu per satu pengunjung yang berasal dari daerah di Kota Solo khususnya, Soloraya umum nya ini mulai keluar meninggalkan area pasar.
Seperti siang itu, GUGAT news memang sengaja datang ke Pasar Rakyat Gawok agak siang, setelah shalat lohor usai. Bukan tanpa alasan, sengaja kepingin tahu saja kenapa kok sampai siang masih saja pengunjung berdatangan. Usut punya usut, ternyata ketemu jawabnya. Harga barang apapun yang dijual pedagang sedikit miring, diturunkan harganya. Termasuk kuliner Juga agak murah.
" Ya daripada pulang masih banyak membawa barang dagangan, harga syukur bisa sedikit diturunkan, kalau tidak ya dijual pas saja, sama dengan harga kulakan. Pas tidak apalah toh sudah dapat rejeki keuntungan yang laku dari pagi. Syukurlah kalau masih laku dengan harga sedikit untung," urai Rina pedagang pakaian.
Akan halnya dengan Vina, warga Gentan yang tidak jauh dari Gawok dan penyuka tanaman itu, main ke Pasar Rakyat Gawok lebih menyukai jika sudah mulai agak siangan, jam 11 an pun kondisinya sudah mulai panas, sehingga tidak sedikit pedagang mulai berkemas membenahi dagangannya. Kalau sudah begitu, pedagang apa saja mulai menurunkan harga jualannya.
Begitulah alasan pembeli dan pedagang merasa saling diuntungkan, sedikit ambil keuntungan namun berkah. Sedangkan pembeli pun mengaku senang sekali, sekalipun tidak seberapa harga miring yang diberikan pedagang. Bagaimana pun juga, pembeli tetap akan merasa senang meski tidak seberapa potongan harga diberikan pedagang. Mungkin itulah yang disebut Pasar Rakyat.
Menilik sejarahnya turun temurun dari bapak bapak yang wedangan di Dam Sungai Senden tak jauh dari lokasi Pasar Rakyat Gawok dan mereka para warga Geneng, saling menceritakan dari sejarah kakek neneknya, jika dahulu sebelum dibuat oleh Sinuhun Paku Buwono (PB) X Keraton Kasunanan Surakarta Hadiningrat abad 18 an, lokasi area Pasar Rakyat Gawok merupakan ajang pertempuran Diponegoro dengan Belanda.
Seiring perkembangan zaman dan selesai sudah peperangan Jawa yang dilakukan Pangeran Diponegoro (1825-1830) selang tak berapa lama oleh Raja Kasunanan Surakarta Hadiningrat itu, dibuatlah pasar untuk menopang sarana perekonomian rakyat sekaligus tempat pelesiran, wisata bagi keluarga raja. Sehingga saat itu pada hari pasaran tertentu pasar ramai pengunjung bersamaan dengan datangnya raja.
Semula puluhan tahun silam, bahkan ratusan tahun lalu, hanya kalau jatuh pada hari pasaran Pon saja Pasar Rakyat Gawok ramai pedagang dan pembeli. Namun tidaklah demikian dengan tahun belakangan ini, sudah berubah. Selain ramai pada hari pasaran Pon, juga pasaran Legi. Bahkan tanpa hari pasaran pun, selama datangnya hari Minggu ya tetap ramai pedagang dan pembeli. Pastinya, tidak semeriah hari PON dan Legi.
Dahulunya dikenal sebagai Pasar Lanang, pasalnya pedagang dan pembeli hanya kaum pria, bapak bapak saja. Hal ini sesuai dengan dagangan yang dijual untuk peralatan sawah, pertanian, unggas, peternakan dan tanaman perkebunan. Kini semuanya telah berubah, meski tetap masih ada dagangan bebek, mentok dan angsa juga pertanian serta peralatannya.
Dari pantauan GUGAT news, sepertinya masih ada sedikit peninggalan sejarah dari Sinuhun PB X Keraton Kasunanan Surakarta Hadiningrat, seperti masih adanya bangunan besalen atau rumah tempat pande besi membuat peralatan pertanian dan perkebunan. Bahkan juga ada peralatan rumah tangga, pisau dapur, didampingi dagangan masa kini, bahkan milenia namun tidak meninggalkan dagangan tradisional. Termasuk kuliner tempo dulu masih banyak dijual. #Yani.
Thanks for reading Pasar Rakyat Gawok Bekas Area Pertempuran Diponegoro - Belanda | Tags:
« Prev Post
Next Post »