Patung Susuhunan Paku Buwono (PB) VI yang ada di Museum Keraton Kasunanan Surakarta Hadiningrat jarang diceritakan guide, pemandu wisata Kepada pengunjung. Foto ; Yani
GUGAT news.com SOLO
Berdasarkan pengamatan GUGAT news beberapa saat lamanya pada hari Minggu (28/7) siang, tidak ada satupun yang guide, pemanduan wisata yang ada di Museum Keraton Kasunanan Surakarta menawarkan atau langsung menceritakan kepada pengunjung baik yang datang dari turis mancanegara atau lokal tanah air tentang sosok patung Susuhunan Paku Buwono (PB) VI Keraton Kasunanan Surakarta Hadiningrat yang seorang pahlawan nasional itu.
Pastinya, bukan merupakan bagian dari kesalahan pengunjung yang tidak mau bertanya tentang sosok Susuhunan PB VI Keraton Kasunanan Surakarta Hadiningrat itu, bisa jadi mereka tidak tahu pengunjung akan keberadaan Patung PB VI yang ada tepat di pintu masuk Museum Keraton Kasunanan Surakarta Hadiningrat. Pasalnya, juga tidak ada semacam keterangan tentang siapa sosok patung berdiri utuh sepenuh tubuh' tersebut dengan busana seorang raja.
Sepertinya tidak ada salahnya, kalau saja guide Museum Keraton Kasunanan berkenan pro aktif. Artinya, ditanyakan atau tidak oleh pengunjung, profesional selaku guide bisa langsung dilakukan dengan menceritakan tentang benda-benda kuno yang ada di penyimpanan museum. Dalam hal ini, Museum Keraton Kasunanan Surakarta Hadiningrat jangan mengesampingkan paparan tentang Sinuhun PB VI. Itu perlu diceritakan sejarahnya kepada pengunjung.
Sepertinya, pengunjung Museum Keraton Kasunanan Surakarta Hadiningrat tidak banyak yang tahu tentang adanya Patung PB VI di depan pintu masuk kali pertamanya. Padahal, setidaknya keberadaan beliau inilah yang bisa merupakan jawaban banyak orang yang selama ini meyakini jika Kasunanan Surakarta Hadiningrat itu pro Belanda. Itu salah besar, justru beliau ini berjasa besar dalam mengusut penjajah Belanda.
Saat GUGAT news berusaha untuk mengkonfirmasi tentang kenapa guide, pemandu wisata dari Museum Keraton Kasunanan Surakarta Hadiningrat tidak memberikan semacam keterangan tentang sosok pahlawan nasional itu, Susuhunan PB VI, ada 3 guide yang langsung menjawab ada yang lebih kompeten, ada pula yang menjawab takut salah dan disalahkan keraton. Sedangkan guide wanita hanya tersenyum saja.
Sebagai Putra Mahkota yang terlahir dari Sinuhun PB V Keraton Mataram Surakarta Hadiningrat pada 1807-1849. Menduduki dampar Kencono sebagai raja Sinuhun PB VI Keraton Mataram Islam Surakarta Hadiningrat tidak begitu lama, 1823-1830. Sehingga saat adanya perang Jawa yang dilakukan oleh Pangeran Diponegoro 1825-1830, Sinuhun PB VI memiliki andil besar. Bukan hanya sebatas konsultan perang, melainkan juga penanggung jawabnya dana perang.
Sebagai bukti, seringkali beliau PB VI melakukan pertemuan rahasia dengan Diponegoro di berbagai daerah, seperti di Gawok, yang kini masuk wilayah Kabupaten Sukoharjo, sekitar lereng Gunung Merapi, Boyolali, Alas Krendho Wahono, Karanganyar dan masih banyak lokasi pertemuan rahasia lainnya. Akibatnya, tertangkap lah keduanya, Susuhunan PB VI dan Pangeran Diponegoro pada 1830. Berakhirnya peperangan Diponegoro 1825-1830.
Saat itu pula Susuhunan PB VI langsung diasingkan oleh Belanda ke Ambon 1830. Sampai akhir hayatnya di Ambon, dan meninggal dunia pada 1949. Selama 19 tahun di Ambon, beliau selalu terus mendapatkan penyiksaan dari kaum kolonialisme Belanda. Puncaknya, ditembaklah kepala raja Susuhunan PB VI itu hingga wafat. Oleh pihak Belanda dikatakan, meninggal karena terjatuh dari kapal.
" Tidak benar itu, pembohongan Belanda akan kabar wafatnya Susuhunan PB VI jatuh dari kapal. Saat tahun 1957 diambillah, dibongkar makamnya jasad PB VI untuk dibawa ke Keraton Kasunanan Surakarta Hadiningrat. 11 Maret 1957 jenasah sampai di Solo. Barulah 13 Maret nya selesai sehari disemayamkan di Masjid Pedjosono di dalam Cempuri Keraton Mataram Surakarta Hadiningrat. Dibawalah ke Imogiri, Bantul, Jogjakarta untuk dimakamkan," ujar Gusti Pangeran Haryo (GPH) Puger.
Ditegaskan oleh beliau Gusti Puger, panggilan akrab GPH Puger salah satu Putra Ndalem Sinuhun Paku Buwono (PB) XII Keraton Mataram Islam Surakarta Hadiningrat, keterangan Belanda dibantah oleh cucu dari PB X, jenderal Jati Kusumo jika meninggal nya PB VI di Ambon bukan karena jatuh dari kapal, melainkan kepalanya PB VI ditembak oleh Belanda.
"Dikatakan Jenderal Jati Kusumo, saat jenasah PB VI dibawa ke Solo, ada bekas tembakan peluru pada kepala tengkorak beliau Susuhunan PB VI. Artinya, wafatnya PB VI bukan karena jatuh dari kapal melainkan ditembak tepat pada kepalanya. Dan tahun 1964, Susuhunan Paku Buwono (PB) VI mendapatkan penghargaan negara berupa Pahlawan Nasional," pungkas GPH Puger. #Yani.
Thanks for reading PB VI Di Museum Keraton Kasunanan Jarang Diceritakan Guide Kepada Pengunjung | Tags: Budaya
« Prev Post
Next Post »