Ribuan Kera Jaga Makam Tumenggung Pusponegoro

Juli 30, 2024
Selasa, 30 Juli 2024


 Jumali ( berbaju coklat), tokoh masyarakat di Kampung Nusupan, Kadokan, Grogol, Sukoharjo yang tinggal tak jauh dari Pemakaman Tumenggung Pusponegoro Cikal Bakal adanya Desa Nusupan. Foto : Yani.

GUGAT news.com SUKOHARJO.

Kepada GUGAT news yang menjumpai di area Pemakaman kuno Tumenggung Pusponegoro Cikal Bakal adanya Desa Nusupan yang sekarang ini masuk wilayah Kadokan, Grogol, Sukoharjo, Jumali (72) menyatakan jika dahulunya makam tua Tumenggung Pusponegoro itu dikawal oleh ribuan kera putih, sehingga layaknya kerajaan Kera.

"Dari tutur orang orang tua yang kini sudah pada wafat, diterangkan jika areal pemakaman kuno leluhur agung Tumenggung Pusponegoro dahulunya dijaga ketat oleh ribuan kera putih yang menghuni pohon beringin dan pohon preh. Seiring perkembangan zaman dan mulai berkembang penduduk, mulai berkurang hingga hilang semuanya kera putih itu," jelas Jumali yang turut diiyakan oleh sahabat jamaah Masjid An Nikmah.

Menariknya, masih menurut penuturan Jumali, tokoh masyarakat Nusupan, seiring dengan hilangnya ribuan kera putih tersebut dari area pemakaman Tumenggung Pusponegoro, sekaligus rata sudah pagar tembok makam yang akhirnya hanya menyisakan bangunan gapura yang kini wujudnya mirip menyerupai gua kecil. Sehingga sah dan wajar saja, jika keberadaan gua kecil itu biasa dipakai tirakatan laku spiritual.

Selama tidak mengganggu aktifitas warga masyarakat Kampung Nusupan, tambah Jumali, baik itu keamanan, kenyamanan serta ketentraman warga, silakan saja siapapun bermaksud berharap berkah dengan cara laku prihatin sekaligus spiritual dengan beragam caranya sekaligus meditasi. Sehingga tidak sedikit mereka pelaku spiritual berdatangan ke gapura gua kecil peninggalan leluhur Tumenggung Pusponegoro.

Semula hanya berwujud gapura yang bersamaan dengan roboh sekaligus raibnya pagar tembok yang mengelilingi area makam. Dan sisa tembok gapura pintu masuk yang dirambati, tertutup oleh akar akar dari pohon beringin dan pohon preh itu akhirnya membentuk layaknya gua kecil sehingga tepat dan strategis sekali untuk kegiatan sakral olah spiritual, ngalap berkah dan tirakatan.

"Menariknya dari kegiatan ngalap berkah itu, beragam variasi caranya laku spiritual. Ada yang hanya duduk diam bersemedi, ada yang berdiri menghadap kiblat dengan kedua tangan menengadah layaknya berdoa, ada yang lebih ekstrim yaitu laki "Topo Kalong " layaknya kelelawar menggantung tubuh. Menggantung dengan kepala berada di bawah sampai 1, 2 jam," terang Jumali.

Kegiatan laku spiritual yang dijalankan oleh mereka itu berdatangan dari berbagai daerah di Jawa Timur, Jawa Tengah, Jogjakarta dan Soloraya sendiri pada malam hari Jumat dan Selasa. Namun ada yang justru laku spiritual nya dikerjakan pada siang hari, yaitu ritual topo kalong. Mungkin disamakan waktunya dengan binatang kelelawar. Malam hari keluar gua, pagi nya seharian tidur menggelantung.

Kalau maksud dan tujuan mereka lakukan spiritual, Mbah Jum, sapaan akrab Jumali mengaku tidak tahu sama sekali dan juga tidak ingin juga untuk mengetahuinya. Hak asasi manusia masing masing, silakan saja mereka mau melakukan kegiatan spiritual nya, selama tidak merugikan warga Nusupan, ya biarkan saja. 

" Kami tahunya mereka. Berdatangan dari mana saja, berdasarkan KTP yang dicatatkan ke juri kunci makam Tumenggung Pusponegoro. Sebelum laku olah batin spiritual di gapura, terlebih dahulu biasa nya mereka ziarah makam ke Tumenggung Pusponegoro, barulah dilanjutkan ke gapura beringin dan preh," pungkas Jumali. #Yani.

Thanks for reading Ribuan Kera Jaga Makam Tumenggung Pusponegoro | Tags:

Next Article
« Prev Post
Previous Article
Next Post »

TERKAIT

Show comments

HOT NEWS