Sakralnya Sabda Pandita Ratu Sultan Hadiwijaya Hingga Kini Masih Terjaga

Juli 13, 2024
Sabtu, 13 Juli 2024


 Sriyanto warga Mayang RT OO2 RW 003, Baki, Sukoharjo yang masih rajin menjaga, merawat Sendang Sari Mayang peninggalan Jaka Tingkir yang saat itu dipakai Tumenggung Mayang dalam keperluan setiap harinya. Foto : Yani.

GUGAT news.com SUKOHARJO 

Saat bertemu dengan GUGAT news belum lama ini, Sriyanto (55) selain banyak bercerita tentang Sendang Sari Mayang dengan suasananya yang serba misteri, peninggalan gundukan tanah pemantauan Tumenggung Mayang terhadap putranya Raden Pabelan yang menyusup ke Kerajaan Kasultanan Pajang Sultan Hadiwijaya atau Mas Karebet yang lebih populer dengan sebutan Joko Tingkir abad 15 silam, juga bercerita retaknya Pajang dengan Mayang sekaligus Sabda Pandita Ratu Sultan Hadiwijaya yang hingga kini masih berlaku. Pantang Pajang menikah dan dinikahi orang Mayang.

"Barangkali saja, bilamana ratusan tahun silam tidak pernah ada terjadinya peristiwa Raden Pabelan yang dibunuh oleh prajurit Kasultanan Pajang, lantaran kedapatan masuk menyelinap ke Kasultanan Pajang dan berbuat asusila, berhubungan layaknya suami-istri di kamar keputren Gusti Kanjeng Ratu (GKR) Sekar Kedhaton, Putri Ndalem Sultan Hadiwijaya, mungkin Pajang tidak akan retak dengan Desa Mayang dan Kasultanan Pajang tidak rata dengan tanah yang dibumi hanguskan Panembahan Senopati, saudara Tumenggung Mayang. Pastinya, heritage bersejarah bisa masih banyak ditemukan," terang Sriyanto mengawali perbincangannya.

Merasa malu dengan perbuatan putranya, Raden Pabelan yang memang dikenal tampan berwibawa namun beretika buruk, sehingga banyak menodai wanita wanita gadis, ibu rumahtangga hingga mereka para Janda di Desa Mayang, lanjut Sriyanto, saat itu bermaksud memberikan pelajaran moral kepada putranya agar bisa insyaf, Tumenggung Mayang memberikan semacam ajian untuk bisa masuk ke Kasultanan Pajang dan bertemu langsung dengan GKR Sekar Kedhaton. Dimaksudkan agar jangan  wanita desa saja dipermainkan melainkan Putri Bangsawan juga. Sayangnya Raden Pabelan menjadi lupa diri begitu bertemu dengan GKR Sekar Kedhaton dan langsung menjalin cinta terlarang serta lupa akan ajian sakti yang hanya berlaku sebelum datangnya bunyi kokok ayam jantan.

Saat dini hari itu pula, jasad Raden Pabelan yang selesai dibunuh langsung dilarung, dihanyutkan dari Sungai Brojo yang mengalir tak jauh dari Kasultanan Pajang melalui Sungai Jenes sepanjang Laweyan sampai Sungai Bengawan Solo yang akhirnya nyangkrah di sebelah barat Bengawan Solo. Dimakamkan lah oleh Ki Ageng Solo di Kampung yang kini dikenal sebagai Kampung Batangan. Disebabkan Ki Ageng Solo tidak mengenal Raden Pabelan, dianggapnya mengubur jasad bangkai, batang ( Jawa). Hingga sekarang ini dikenallah sebagai Kampung Batangan tempat dikuburkan nya Raden Pabelan di halaman Beteng Trade Center (BTC) Solo.

" Mulai saat insiden Raden Pabelan itulah marahlah Sultan Hadiwijaya yang juga dikenal sebagai tokoh raja sakti mandraguna, mengeluarkanlah titahnya Sabda Pandita Ratu yang melarang dan mengutuknya jika ada orang orang Pajang menikah dan dinikahi oleh orang orang dari Desa Mayang. Saat itu pula, dibuangnya Tumenggung Mayang bersama keluarganya ke Alas Roban, hutan Roban di sebelah barat Semarang. Menariknya, sampai sekarang ini, sepertinya Sabda Pandita Ratu Joko Tingkir itu masih terjaga bertuah hingga kini. Sepertinya tidak ada sampai kini pernikahan Pajang dan Mayang," jelas Sriyanto, serius. 

Mungkin saja, katena ketidaktahuannya  yang jelas diakui langsung oleh Sriyanto, bisa jadi sebenarnya di jaman milenia saat ini yang jaraknya kejadian Raden Pabelan hampir 500! tahun itu, mungkin sudah tidak berlaku lagi. Mulai hilang ditelan waktu Sabda Pandita Ratu Sultan Hadiwijaya Kerajaan Kasultanan Pajang tersebut. Hanya saja keyakinan warga Mayang khususnya, masih sedikit ragu dan takut jikalau Sabda Pandita Ratu Sultan Hadiwijaya itu masih ada sawab, halad yang tidak baik. Rusak rumah' tangga nya atau hingga meninggal salah satu dari perkawinan itu.

 " Sepertinya ini masih berlaku di desa Mayang, Baki Sukoharjo. Entahlah kalau bagi warga masyarakat Kampung Pajang, Laweyan, Solo. Jarak Desa Mayang ke Kampung Pajang, tidak begitu jauh, tidak lebih dari 2 km. Apalagi Butulan yang dikenal sebagai bagian paling barat dari Keraton Pajang saat itu dengan Desa Mayang, Baki , Sukoharjo. Sumonggo, silakan saja untuk percaya dan tidaknya. Waallahu Allam BI syawab...!" pungkas Sriyanto, tersenyum. # Yani.

Thanks for reading Sakralnya Sabda Pandita Ratu Sultan Hadiwijaya Hingga Kini Masih Terjaga | Tags:

Next Article
« Prev Post
Previous Article
Next Post »

TERKAIT

Show comments

HOT NEWS