Sendang Mbah Meyek keberadaannya di jaman Kerajaan Kasultanan Pajang Sultan Hadiwijaya atau Mas Karebet yang lebih populer dengan sebutan Joko Tingkir abad 15. Foto : Yan 1
GUGAT news.com SOLO
Keberadaan Sendang Mbah Meyek yang ada di Bibis Kulon RT 005 RW XVIII Gilingan, Banjarsari, Solo ini, tidaklah terlepas dari peninggalan sejarah dari bagian kejayaan Kerajaan Pajang dengan Rajanya Sultan Hadiwijaya atau Mas Karebet yang lebih populer dengan sebutan Joko Tingkir abad 15 silam. Berkaitan dengan pengusiran salah satu Putri Ndalem Dyah Sri Widyawatiningrum dan ibunya.
Sehingga tidaklah mengherankan lagi, jika keberadaan Sendang Mbah Meyek yang meskipun usianya sudah ratusan tahun, namun oleh warga masyarakat setempat senantiasa terjaga kelestariannya. Bahkan pada setiap tahunnya ada semacam gelaran budaya ritual bersih desa dengan menanggap pakeliran wayang kulit semalam suntuk di area halaman Sendang Mbah Meyek yang cukup rindang itu.
"Kalau sejarah pastinya, saya tidak tahu sepenuhnya bagaimana kejadiannya Sendang Mbah Meyek itu. Hanya saja, kami hanya mendengar cerita turun tumurun dari orang orang tua dahulu yang tinggal di sekitar sendang. Kabarnya berkaitan erat dengan insiden pengusiran salah satu Putri Ndalem Sultan Hadiwijaya atau Mas Karebet yang lebih populer dengan sebutan Joko Tingkir, Kerajaan Pajang," terang Mbah Mansyur (80) warga setempat.
Menariknya, lanjut Mbah Mansyur, sendang yang bentuknya mirip menyerupai sumur tanah dan melingkar itu, tidak pernah kekeringan airnya sekalipun di saat musim kemarau berkepanjangan. Kabarnya, Sendang Mbah Meyek ini milik salah satu Putri Ndalem Sultan Hadiwijaya bersama ibunya. Di sekitar sendang, mereka berdua tinggal setelah diusir dari Keraton Kasultanan Pajang.
Sepertinya bukan tanpa alasan jika Joko Tingkir telah mengusir Putri Ndalem Dyah Sri Widyawatiningrum bersama ibunya, lantaran kemarahan sang Raja Sultan Hadiwijaya yang sudah tidak bisa dibendung lagi disebabkan mendapati putrinya Dyah Sri Widyawatiningrum berselingkuh dengan salah seorang abdi dalem. Tanpa pikir panjang lagi, karena sudah berbuat melanggar aturan agama Islam, sehingga ibu dan anak itu harus diusir meninggalkan keraton.
Keluarlah dari Istana Pajang Dyah Sri Widyawatiningrum bersama ibunya dengan terus berjalan menyusuri sungai dengan perahu kecilnya hingga tiba di Kali Pepe yang jauhnya dari Kerajaan Pajang sekitar 5 km. Naas, perjalanan kedua wanita ibu dan anak itu rupanya diketahui prajurit Pajang yang menerima perintah untuk menangkap dan diminta untuk kembali ke Keraton Kasultanan Pajang. Lantaran ketakutan, kedua wanita itu terus saja mendayung sampan nya meski cuaca hujan deras.
"Kilatan cahaya petir yang biasanya menjadikan dampak buruk bagi yang tersambar, namun malahan tidak demikian dengan Putri Ndalem Dyah Sri Widyawatiningrum dan ibunya. Justru keselamatan dari kejaran puluhan prajurit Joko Tingkir yang diperoleh. Begitu perahu tersambar petir, menjadikan urung nya prajurit Pajang untuk menangkap Dyah Sri Widyawatiningrum dengan ibunya. Prajurit pun pulang ke Pajang dengan tangan hampa," terang Mbah Mansyur, tersenyum.
Masih menurut penuturan Mbah Mansyur, dengan terdamparnya perahu kecil yang ditumpangi ibu dan anak dikarenakan sambaran petir itulah menjadikan perahu terbelah, jalan pun oling tertatih-tatih, meyek-meyek (Jawa) untuk menepi ke daratan. Di area lahan Sendang Mbah Meyek inilah tinggal bersama Dyah Sri Widyawatiningrum bersama ibunya hingga akhir hayatnya. Hanya satu satunya peninggalan yang hingga saat ini masih ada, Sendang Mbah Meyek.
Disebabkan tidak dikenal namanya dan merupakan peninggalan seorang ibu yang membela putrinya akan dampak kemarahan Joko Tingkir, ayahandanya, disebutkannya peninggalan sejarah satu satunya yang masih bisa dijumpai karena rumah dan lainnya sudah rata dengan tanah. Disebutkan nya sebagai Sendang Mbah Meyek yang tertatih-tatih berperahu di Kali Pepe untuk minggir menepi ke daratan menyelamatkan dari amukan prajurit Pajang.
Sepertinya sah dan wajar saja, jika peninggalan sejarah dari Sendang Mbah Meyek yang tidak jauh dari Kali Pepe itu, setiap harinya ramai dikunjungi orang dari berbagai daerah yang hendak melihat langsung peninggalan Putri Ndalem Sultan Hadiwijaya atau Mas Karebet yang lebih populer dengan sebutan Joko Tingkir.
"Kami tidak tahu maksud dan tujuannya mereka berdatangan ke peninggalan sejarah Sendang Mbah Meyek untuk mengambil air Sendang Mbah Meyek di bawa pulang. Namun ada juga yang diminum saat itu juga di situ. Sumonggo saja, silakan saja itu hak pribadi masing masing pengunjung sehingga kami tidak berani menanyakan maksud dan tujuannya," pungkas Mbah Mansyur, kembali tersenyum. #Yan 1.
Thanks for reading Sendang Mbah Meyek Peninggalan Joko Tingkir | Tags: Budaya
« Prev Post
Next Post »