Gusti Puger Mensejarahkan Makanan Tradisional Sekaten

September 15, 2024
Minggu, 15 September 2024


 Gusti Pangeran Haryo (GPH) Puger, menikmati kulineran tradisional Sekaten sekaligus menikmati Gamelan Sekatenan. Foto : Yani

GUGAT news.com SOLO 

Ditemui di depan Pagongan Gamelan Sekaten Kyai Guntur Sari yasan, dibuat oleh Sinuhun Paku Buwono (PB) IV Keraton Kasunanan Surakarta Hadiningrat, Gusti Pangeran Haryo (GPH) Puger salah satu Putra Ndalem Sinuhun PB XII Keraton Kasunanan Surakarta Hadiningrat, mengatakan jika sore ini telah santai menunggu datangnya Maghrib sambil menikmati jajanan tradisional sekaligus menikmati syahdunya Gamelan Sekaten.

" Selain mengenang masa kecil bersama keluarga besar bapak kami, Sinuhun PB XII yang biasa mengajak menikmati kudapan Sekaten sambil mendengarkan wingit nya suasana Gamelan Sekaten yang ditabuh menjelang dikumandangkannya adzan Maghrib. Terasa indah sekali," tutur Gusti Puger, panggilan akrab GPH Puger pada Minggu sore (15/9).

Disejarahkan oleh Gusti Puger akan makna filosofi jajanan tradisional yang ada di halaman Masjid Agung Keraton Kasunanan Surakarta Hadiningrat di saat bersamaan dibunyikannya Gamelan Sekaten. Ada beberapa makanan dan minuman. Ada minuman wedang ronde, dawet serta makanan cabuk rambak, tahu kupat dan Sego liwet disamping telur asin dan kinang tembakau serta pecut.

"Gamelan Sekaten yang ditabuh secara bergantian pada setiap 15 menitnya dari Pagongan Gamelan Sekaten Kyai Guntur Madu Sultan Agung dan Kyai Guntur Sari Sinuhun PB IV dari pagi pukul 10.00-23.00 WIB, pastinya harus ada kudapan makanan dan minuman. Sebenarnya menu tradisional pagi hingga malam hari itu, kesemuanya enak dinikmati kapan pun. Pagi, siang, sore hingga malam hari," jelas Gusti Puger.

Misalkan panas di siang hari, lanjut Gusti Puger, akan lebih tepatnya dengan minuman dawet dan makan Sego gurih, nasi liwet, juga tahu kupat. Barulah sore menjelang malam, lebih pas dengan minum wedang ronde, cukup menghangatkan disamping makan ringan cabuk rambak atau sekedar ngemil telur asin. Namun, kesemuanya sudah mulai bergeser. Waktu kapanpun dengan menikmati semuanya sambil mendengarkan syahdunya, wingitnya Gamelan Sekaten serasa pas juga.

Wedang ronde, masih menurut penuturan Gusti Puger, wedang itu artinya air hangat dan ditambah jahe serta ronde, merupakan bahasa Belanda yang bermakna bulat. Simbul kerukunan, untuk saling eling dan mengingatkan adanya kolang Kaling merah atau hijau serta kacang, ketiganya berkaitan dengan kesuburan baik wanita maupun pria. Cabuk rambak dan tahu kupat, hampir sama maknanya, Kesederhanaan. Lantaran memang bahan nya cukup sederhana.

Baik cabuk rambak dengan tahu kupat, sama terbuat dari beras yang dikukus serta dibungkus daun kelapa atau janur, nur Ilahi, cahaya Allah SWT selanjutnya untuk diiris tipis-tipis. Cabuk rambak, setelah diiris kecil-kecil ditaburi bumbu wijen dan dimakan dengan jarak sebagai sendok nya. Tahu kupat, lontong ditaburi kubis, tahu, tempe serta bumbu kecap. Murahnya bahan makanan ini melambangkan daripada sikap untuk kesederhanaan hidup.

Sego liwet nasi gurih, tambah Gusti Puger, merupakan nasi yang ribuan tahun lalu merupakan kegemarannya Nabi Muhammad SAW, hanya saja dimasak dengan minyak Samin akan rasa gurihnya, kalau di Keraton Kasunanan Surakarta Hadiningrat gurihnya dari santan air parutan kelapa. Arab dengan daging kambing, di keraton dengan ingking ayam, telur dan sayuran sambal goreng.

"Untuk telur asin, kinang dan pecut memiliki makna filosofi kesehatan bagi telur asin yang berwarna kulitnya merah dan biru, kesuburan bagi wanita dan pria dengan isi telur asin kuning dan putih. Kinang tembakau, banyak mengandung unsur kesehatan yang dibutuhkan tubuh, hikmahnya saat mengunyah kinang bersamaan dengan bunyi gamelan Sekaten, akan membawa berkah rejeki awet muda dan panjang umur," papar Gusti Puger, serius.

Sedangkan pecut, masih ditambahkan Gusti Puger, bagus sekali bagi petani atau pemilik perkebunan untuk mengusir hama pertanian atau perkebunan. Tentunya, kesemuanya tidak terlepas adanya berkah dari Gusti Kang Murbeng Dumadi Akaryo Jagad, Allah SWT. Itulah makna filosofi dengan mengenang Hari Kelahiran Nabi Muhammad SAW, Maulud Nabi. #Yani.


Thanks for reading Gusti Puger Mensejarahkan Makanan Tradisional Sekaten | Tags:

Next Article
« Prev Post
Previous Article
Next Post »

TERKAIT

Show comments

HOT NEWS