Gusti Pangeran Haryo (GPH) Puger, berkenan berfoto bersama karyawati di salah satu rumah makan Sate kambing di Boyolali. Foto : Yani
GUGAT news.com BOYOLALI
Sepertinya sah dan wajar wajar saja, jika sebutan ini "Bangsawan Dermawan dan Ningrat Merakyat " melekat pada dirinya salah satu Putra Ndalem Sinuhun Paku Buwono (PB) XII Keraton Kasunanan Surakarta Hadiningrat, beliau adalah Gusti Pangeran Haryo (GPH) Puger.
Bukan tanpa alasan, jika banyak orang demikian menyebut budayawan keraton dengan julukan tersebut. Pasalnya, memang sepertinya dari 36 Putra Putri Ndalem Sinuhun Paku Buwono XII Keraton Kasunanan Surakarta Hadiningrat, hanya Gusti Puger, panggilan akrab GPH Puger lah yang memang dikenal cukup merakyat.
Bukannya merakyat saja, melainkan dermawan juga. Merakyat nya, Gusti Puger dalam bergaul dengan siapapun tidak pernah membedakan satu dengan lainnya. Tidak pernah membedakan rakyat dengan ningrat. Cukup dikenal di lingkungan pejabat, namun juga sangat akrab pergaulannya dengan rakyat. Tidak sedikitpun ada rasa canggung, Wuh pekewuh. Merakyat dan familiar.
"Kenapa kudu membedakan pergaulan di masyarakat? Bagi saya pribadi semua sama di hadapan Gusti Kang Murbeng Dumadi Akaryo Jagad, Allah SWT. Yang dibedakan hanya taqwanya. Allah SWT saja tidak membedakan mahluk satu dengan lainnya, kecuali taqwa nya. Lha kenapa kita harus membedakan sesama hamba Nya. Ini yang tidak boleh," ujar Gusti Puger.
Kalau ningrat yang merakyat, sumonggo saja saya disebutkan demikian. Namun untuk bangsawan yang dermawan, mungkin belum pantas. Kalau dikenal bangsawan, sumonggo, silakan saja karena lahir di keraton. Namun untuk sebutan dermawan, sepertinya kok belum layak. "Saya ini bukan orang kaya, mosok disebut dermawan," papar Gusti Puger, tertawa.
Kalau saja, masih menurut penuturan Gusti Puger, merakyat mungkin iya, lantaran kebiasaan wedangan atau angkringan untuk kumpul dengan beragam orang dan profesinya. Untuk dermawan sebutannya itu serasa kurang pas. Toh Gusti Puger mengaku hanya kemampuan mentraktir jajan itu hanya di warung kopi, wedangan dan angkringan yang murah murah saja.
"Kalau hanya dimintai foto bersama di setiap kenal orang dimanapun berada, bagi saya hal yang wajar dan biasa. Santai saja kita penuhi keinginan mereka untuk berfoto bersama. Toh ga ada yang hilang atau kehilangan, menyenangkan hati orang itu merupakan pahala tersendiri," ujar Gusti Puger yang selalu menyitir ajaran agamanya, Islam.
Dari pemantauan GUGAT news yang sering diajak jalan bareng di berbagai kegiatannya, Gusti Puger selalu tampak menikmati dan enjoy saja manakala saat beristirahat di warung makan atau angkringan selalu dimintai untuk berkenan minta foto bersama. Baik pembeli, pengunjung atau pemilik warung sekalipun untuk minta ijin foto bareng.
"Santai saja, karena saya pribadi ga pernah merasa sebagai seorang bangsawan yang perlu dipuji di berbagai suasana, sehingga tidak merasa sebagai ningrat pula, jadi enjoy saja dimanapun berada. Mau foto bareng siapapun oke, mau ditraktir atau gantian ntraktif juga ga masalah. Kalau begini, hidup serasa aman, nyaman dan tenteram bahagia," pungkas GPH Puger, tersenyum. #Yan 1.
Thanks for reading Gusti Puger Ningrat Yang Merakyat Bangsawan Yang Dermawan | Tags: Peristiwa Sosial
« Prev Post
Next Post »