Langgar Merdeka salah satu Mascotnya Kampung Batik Laweyan, Solo. Foto: Yan
GUGAT news.com SOLO
Langgar atau musholla juga disebut sebagai surau, tempat beribadah shalat bagi orang muslim. Intinya rumah ibadah umat Islam, hanya saja kalau di tanah air, khususnya di Jawa ada sedikit perbedaan diantara masjid dengan langgar, musholla ataupun surau. Masjid dipakai mendirikan shalat Jum'at, sedangkan Langgar, musholla dan surau tidak.
Bisa jadi, khusus untuk Langgar Merdeka yang ada di Kampung Batik Laweyan ini cukup unik, menarik dan pastinya istimewa. Mengapa demikian? Langgar yang pada dinding atasnya tertera angka 7-7-1877 banyak memiliki keistimewaan tersendiri kalau dibandingkan yang lain nya. Diantaranya, sekalipun tidak disebutkan sebagai masjid, Namun Langgar Merdeka mempunyai menara tempat untuk mengumandangkan adzan 5 waktu.
Bisa jadi, merupakan satu satunya Langgar Merdeka ini yang mempunyai menara dan sekaligus keberadaannya tidak terpisah dengan bangunan utama seperti layaknya masjid. Bangunan menara yang ada di masjid masjid, biasanya berpisah dengan bangunan utama yang dipakai untuk shalat atau bangunan induk. Namun tidaklah demikian dengan menara yang ada di Langgar Merdeka, menyatu dengan bangunan induk.
Dari pemantauan GUGAT news di Solo, sepertinya belum ada bangunan menara yang menyatu dengan bangunan utama kecuali Langgar Merdeka. Bahkan untuk bangunan Langgar, Mushola dan Surau, selain bangunannya lebih kecil dari masjid, bisa dipastikan lagi tidak ada menaranya. Lain halnya akan Langgar Merdeka, memiliki menara dan mampu menampung ratusan jamaah, sehingga bisa dipergunakan untuk mendirikan shalat Jum'at.
Bisa jadi, ada lagi yang menjadikan keunikan tersendiri, puluhan atau bahkan ratusan tahun silam, dari cerita orang orang tua yang tinggal di Laweyan, dahulunya sebelum dibeli oleh saudagar batik H Masyahadi, merupakan bangunan toko candu, seret atau kini dikenal sebagai NARKOBA oleh pengusaha keturunan Tionghoa, Cina. Kini lantai dasar Langgar Merdeka itu, dipergunakan untuk rumah takmir sekaligus untuk jualan madu.
Sayangnya, GUGAT news belum berhasil menjumpai Ketua Yayasan Langgar Merdeka untuk konfirmasi seputar sejarah berdirinya Langgar Merdeka, Takmir Langgar Merdeka, Karyanto pun tidak berkenan untuk diwawancarai. Alasannya, ada yang lebih berhak untuk berbicara tentang sejarah Langgar Merdeka, beliau adalah Ustadz Zulfikar selaku Ketua Yayasan Langgar Merdeka. Ya akhirnya GUGAT news, banyak menggali cerita sejarah dari mereka para orang tua yang lahir di Kampung Batik Laweyan.
Dikabarkan pula, sudah puluhan kali dijatuhi bom bom oleh mereka para tentara Kolonial Belanda untuk dirusak dan dihancurkan, namun selalu saja bom bom itu berjatuhan dari pesawat terbang, namun tidaklah satupun yang bisa mengenai Langgar Merdeka yang luas bangunannya tidak kurang dari 200 m2. " Anehnya, dari puluhan bom itu tidak bisa mengenai bangunan Langgar Merdeka. Selalu jatuh dan meledak di luar bangunan Langgar Merdeka," tutur Sardjono (70) warga asli Laweyan.
Bisa dipastikan lagi, bukan hanya itu saja keistimewaan dari Langgar Merdeka melainkan masih banyak lagi. Hanya saja, GUGAT news belum bisa bertemu dengan tokoh masyarakat di Kampung Batik Laweyan. Jelasnya, sampai sekarang ini Langgar Merdeka selain dikenal sebagai mascot Kampung Batik Laweyan, serta merta menjadikan alamat tersendiri atau Jujugan juga patokan bagi siapapun orangnya yang hendak berwisata ke Kampung Batik Laweyan, Solo. Penasaran? Datang saja ke Laweyan. #Yani.
Thanks for reading Istimewanya Langgar Merdeka Laweyan Solo | Tags: Sosial
« Prev Post
Next Post »