Batu Palenggahan, tempat duduk bersila Sinuhun Paku Buwono (PB) II Keraton Kartasura Hadiningrat yang ada di Pasar Tradisional Gawok, Gatak, Sukoharjo dan kini memprihatinkan. Foto : Yani
GUGAT news.com SUKOHARJO
Memprihatinkan, itulah kesan kali pertama saat melihatnya kondisi peninggalan bersejarah dari Sinuhun (PB) II Keraton Kartasura Hadiningrat (1600) Bagaimana tidak, peninggalan sejarah yang memiliki nilai historis cukup tinggi, tampak terabaikan. Mangkrak, kumuh, kotor dan berbau menyengat dari aroma kotoran pedagang unggas. Ayam, bebek bahkan kambing.
Bisa jadi, nantinya bagi yang berkompeten agar berkenan untuk menertibkan para pedagang unggas juga kambing yang berdampingan dengan Situs Mbah Gawok Peninggalan Sejarah dari Sinuhun PB II Keraton Kartasura Hadiningrat yang berwujud batu Palenggahan. Dari batu Palenggahan inilah muncul nama Gawok.
"Kabarnya dari cerita turun temurun orang orang tua jaman dahulu, Mbah Gawok itu bukan merupakan sebuah pemakaman, melainkan sebuah batu berukuran besar yang biasa di pakai duduk bersila saat beristirahat dan melihat ramainya pasar. Dahulunya belum disebutkan sebagai Pasar Gawok, akhirnya oleh PB II dinamakan Gawok dan menjadi pasar," terang Syukron, Pedagang bebek di sekitar peninggalan PB II Keraton Kartasura Hadiningrat.
Ditambahkan Syukron yang mengetahui cerita sejarah nya dari kakek buyutnya, semula batu Palenggahan, tempat duduk bersila Sinuhun PB II di pinggiran sendang. Seiring berjalannya waktu, sendang ditutup sehingga hanya menyisakan batu yang di atasnya ditumbuhi pohon beringin.
Adalah Gawok, itu kalau diartikan secara bahasa jawanya bermakna takjub, kagum, penuh rasa keheranan saat melihat kondisi pasar ternak, pertanian dan perkebunan yang begitu ramai. Dari ungkapan Sinuhun PB II itulah akhirnya di sebut Gawok dan menjadi Pasar Tradisional Gawok, seperti saat ini.
"Kalau untuk nama desanya Geneng, Kecamatan masuk Gatak, Kabupaten Sukoharjo. Sehingga sebutan Pasar Tradisional Gawok itu dari Sinuhun PB II Keraton Kartasura. Dahulunya, pasar buka tiap hari, lantaran di Keraton Kartasura sering terjadi kekacauan, akhirnya Pasar Tradisional Gawok dibuka hanya secara hitungan kalender Jawa pada setiap pasaran PON saja," terang Syukron.
Masih menurut penuturan Syukron, seiring perkembangan zaman, akhirnya keramaian Pasar Tradisional Gawok dibuka setiap pasaran PON, LEGI dan setiap hari Minggu. Yang paling ramai kalau jatuh hari MINGGU PON, bisa ada pedagang dan pengunjung dari berbagai daerah di Soloraya, bahkan Jogjakarta, Semarang dan Surabaya pun datang.
"Selain berdatangan untuk wisata, juga menikmati sensasi rasanya Soto, Tahu Kupat dan Sate Kambing. Untuk berbelanja, karena Pasar Tradisional Gawok dikenal sebagai Pasar, pertanian, perkebunan dan peternakan. Ya biasalah dicari unggas, khususnya bebek, peralatan pertanian, perkebunan dengan bibit bibit tanaman. Memang harganya cukup murah di Pasar Tradisional Gawok peninggalan Sinuhun PB II Keraton Kartasura Hadiningrat yang selanjutnya 1745 pindah ke Keraton Kasunanan Surakarta Hadiningrat." pungkas Syukron. #Yan 1.
Thanks for reading Mbah Gawok Peninggalan Sejarah PB II Kartasura Hadiningrat | Tags: Budaya
Next Article
« Prev Post
« Prev Post
Previous Article
Next Post »
Next Post »