Sangat memprihatikan keberadaan dari peninggalan sejarah Kerajaan Kasultanan Pajang Sultan Hadiwijaya atau Mas Karebet yang lebih populer dengan sebutan Joko Tingkir abad 15 silam ini, Bandar Kabanaran. Foto : Yani.
GUGAT news.com SUKOHARJO
Bisa jadi, puluhan tahun silam kondisi perairan Sungai Jenes yang mengalir dari sepanjang Kampung Laweyan sampai ke Sungai Bengawan Solo, tidak kurang dari 10 km ini tampak kumuh, kotor dan berbau limbah pabrik. Sehingga tidaklah mengherankan lagi, jika pemerintah kurang berkenan memperhatikan, apalagi masyarakat yang terus saja hanya bisa mengelus dada demi melihat genangan limbah pabrik mencemari sungainya.
Semuanya kini sudah berlalu dengan kebersamaan bangkrutnya pabrik penyumbang limbah batik tersebut, dan kini Sungai Jenes tampak kembali hidup. Maksudnya, pencemaran limbah pabrik sudah berkurang karena belum bisa dikatakan bersih total dari pembuangan limbah pabrik berskala kecil. Mereka Pemancing sudah mulai tampak dari pinggiran Sungai Jenes, masalahnya beragam jenis ikan pun mulai hidup dan tidak begitu terganggu limbah.
Hanya saja, pendangkalan sekaligus penyempitan Sungai Jenes yang di dalamnya ada nilai historis sangat tinggi itupun tidak luput dari dampaknya. Adalah Bandar Kabanaran, pelabuhan sungai di jaman berkuasanya Kerajaan Kasultanan Pajang Sultan Hadiwijaya atau Mas Karebet yang lebih populer dengan sebutan Joko Tingkir abad 15 silam. Dangkal, kumuh dan banyaknya tumpukan sampah.
" Bisa dipastikan lagi, dahulunya Sungai Jenes yang memiliki Bandar Kabanaran ini terbilang sungai besar meskipun merupakan bagian dari anak Sungai Bengawan Solo. Arus deras dan dalam serta lebar. Puluhan perahu pedagang dari Pasar Laweyan, menuju Bandar Semanggi dan Nusupan berlanjut ke arah Kerajaan Majapahit, Jawa Timur selalu mewarnai lalu lintas air di Bandar Kabanaran," terang Gusti Pangeran Haryo (GPH) Puger.
Sayangnya, masih menurut penuturan Gusti Puger, panggilan akrab GPH Puger salah satu Putra Ndalem Sinuhun Paku Buwono (PB) XII Keraton Kasunanan Surakarta Hadiningrat yang juga sekaligus sebagai budayawan, kini situs Bandar Kabanaran mangkrak sehingga perlu perhatian tersendiri dari dinas instansi terkait. Pemkot Solo, Pemkab Sukoharjo dan pastinya Balai Besar Wilayah Sungai Bengawan Solo (BBWSBS).
Artinya, lanjut Gusti Puger, tidak ada salahnya jika dalam hal ini pemerintah Kota Surakarta dan Sukoharjo pastinya dari proyek Bengawan Solo juga harus dilibatkan, bisa, mau dan berkenan menyempatkan diri untuk menilik sekaligus memberikan upaya perhatian khusus tersendiri akan keberlangsungan Situs Bandar Kabanaran yang jelasnya mempunyai nilai historis cukup tinggi. Peninggalan Sultan Hadiwijaya abad 15.
" Mungkin bisa kembali ditata, dibenahi setidaknya tidak mangkrak sehingga memprihatinkan kondisi situsnya seperti saat ini. Bisa jadi, dipergunakan sebagai destinasi wisata air bagi Kampung Pajang, Laweyan, Bumi dan Banaran, Grogol, Sukoharjo. Sehingga bukan hanya wisata batik saja melainkan berwisata air. UMKM dari lokasi sepanjang Bandar Kabanaran, bisa diberdayakan," usul Gusti Puger.
Mungkin, kembali Gusti Puger mengusulkan, agar dibuat semacam bangunan bendungan di satu titik yang tidak jauh dari lokasi Bandar Kabanaran. Dari area Situs Bandar Kabanaran dilakukan semacam pelebaran sekaligus pendalaman lahan Sungai Jenes, 50 meter ke arah timur dan 50 meter ke barat. Cukup sudah jarak 100 meter untuk wahana wisata air dengan perahu perahu kecil.
"Pastinya, dalam hal ini akan melibatkan banyak instansi terkait dan hanyalah pemerintah saja yang bisa merealisasikannya. Sumonggo Pak Walikota Surakarta dan Bupati Sukoharjo, berkenan mengembalikan kenangan sejarah Joko Tingkir untuk destinasi wisata air sekaligus wisata budaya," pungkas GPH Puger yang meyakini suatu saat nanti akan terwujud Situs Bandar Kabanaran yang gemah ripah loh jinawi. #Yan 1.
Thanks for reading Situs Bandar Kabanaran Butuh Perhatian | Tags: Budaya
« Prev Post
Next Post »