Di Ndalem Jimatan Peninggalan Ki Ageng Henis acara Digitalisasi Lanskap Budaya di gelar. Foto : Yani.
GUGAT news.com, SOLO
Ditegaskan oleh salah satu pembicara sarasehan Sosialisasi Hasil Penelitian Hibah Penelitian Terapan 2024 "Digitalisasi Lanskap Budaya di Laweyan Surakarta" di Ndalem Jimatan, Laweyan, Laweyan, Solo, Sabtu (26/10) siang, adalah Prof Naniek Widayati Priyosumarsono, menegaskan jika nanti orang akan semakin dimudahkan dalam pengaksesan wisata ke Kampung Batik Laweyan.
" Tinggal buka Hp cari Kampung Laweyan sekaligus apa yang hendak dimaksudkan akan langsung bisa di akses. Mungkin tentang batik, kuliner, wisata edukasi tentang sejarah sekaligus spiritual semuanya ada. Misal, Masjid Laweyan, makam Ki Ageng Henis, Ki Ageng Beluk, , rumah rumah kuno yang usianya sudah ratusan tahun, makam Jangrono Bupati Surabaya yang dibunuh PB II Kartasura dan masih banyak yang lainnya," terang Prof Naniek Widayati Priyosumarsono.
Keberadaan sejarahnya yang ada di Kampung Batik Laweyan, ternyata sudah dibukukan oleh Prof Naniek Widayati Priyosumarsono, sehingga menjadikan lebih mudahnya bagi pengunjung yang hendak berwisata ke Kampung Batik Laweyan. Semuanya sudah terangkum dalam buku karya pewaris ndalem Jimatan Peninggalan Ki Ageng Henis Laweyan sekitar abad 15 silam.
Dalam kesempatan itu, Sekretaris Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Surakarta, Siti Khotimah memberikan dukungan sekaligus apresiasi tersendiri akan apa yang telah dilakukan Prof Naniek Widayati Priyosumarsono dengan giat Sosialisasi Hasil Penelitian Hibah Penelitian Terapan 2024 "Digitalisasi Lanskap Budaya di Laweyan Surakarta" yang merupakan bagian dari kelanjutan giat sebelumnya di Kalurahan Baluwarti, Keraton Kasunanan Surakarta Hadiningrat.
" Ini bagian ke 2 dari apa yang telah menjadikan ide dan gagasan oleh Prof Naniek Widayati Priyosumarsono di rumah orangtuanya yang juga merupakan heritage bersejarah tersendiri, Ndalem Jimatan Laweyan. Nantinya akan dikembangkan lagi hingga mencakup di seluruh Kalurahan di Kota Solo, ini jangka panjang," terang Siti Khotimah seraya tersenyum.
Memang, lanjut orang penting pada Dinas Pariwisata dan Kebudayaan di Surakarta itu, untuk sementara waktu dilakukan atau diutamakan pada daerah yang telah menyandang predikat kampung tua dan bersejarah. Sehingga nantinya, setelah dari Kalurahan Baluwarti, Laweyan, mungkin giliran Kampung Keprabon yang tidak jauh dari Kampung Kauman sekaligus Masjid Agung Keraton Kasunanan Surakarta Hadiningrat.
Namun demikian, masih menurut penuturan Khotimah, bisa jadi diacak gilirannya dan tidak harus urut dari kampung Bersejarah. Ini hanya sementara waktu dan lebih mudahnya. Setelah Keprabon, mungkin berlanjut ke Kampung Kadipiro yang mungkin sejarahnya kurang begitu kental. Namun di Kampung Kadipiro, Banjarsari ini ada semacam keunikan tersendiri. Banyak tanaman budi daya dari rumah satu ke rumah lainnya. Kampung holtikultura.
Dikonfirmasi sedikit keluar dari tema, tentang mangkraknya peninggalan sejarah yang bernilai tinggi dari peninggalan sejarah Kerajaan Kasultanan Pajang Sultan Hadiwijaya atau Mas Karebet yang lebih populer dengan sebutan Joko Tingkir abad 15 silam, tentang Bandar Kabanaran, pelabuhan sungai 500 tahun lalu dan kini kumuh, kotor berbau, dijawabnya singkat,"Perlu kajian mendalam!"
"Itu usulan bagus sekali, nantinya akan kami kaji setelah beberapa kali saya berada di Bandar Kabanaran. Saya sudah melihat secara langsung. Nanti kita usulkan kepada DPR yang lebih berkompeten. Setidaknya dengan adanya wisata sejarah dan air di Bandar Kabanaran, Kampung Batik Laweyan bukan hanya merupakan destinasi wisata batik saja, namun jadi lebih lengkap. Batik, kuliner, edukasi sejarah dan destinasi wisata air," pungkas Siti Khotimah. # Yani.
Thanks for reading Kampung Batik Laweyan Gelar Digitalisasi Lanskap Budaya Di Ndalem Jimatan | Tags: Budaya
« Prev Post
Next Post »