Masjid Tegalsari Solo Banyak Memiliki Nilai Sejarah

Oktober 18, 2024
Jumat, 18 Oktober 2024


 Masjid Tegalsari yang ada di jalan Dr Wahidin nomor 34 Bumi, Laweyan, Solo ini memang banyak memiliki sejarah keistimewaan tersendiri. Unik, menarik dan kabarnya biasa dipakai untuk Riyadoh, berharap berkah dari Allah SWT akan hajatnya. Foto: Yani.

GUGAT news.com, SUKOHARJO 

Ditegaskan oleh H Al Amin SE tokoh pemuda dan masyarakat di Kampung Tegalsari yang juga sekaligus mantan dari anggota DPRD Kota Surakarta serta bagian dari cicit pemilik Masjid Tegalsari, jika berdirinya Masjid Tegalsari tidak bisa dipisahkan dari tokoh ulama dan Kyai di sekitar Bumi dan Laweyan. Bagaimana tidak, dari peran dan jasa mereka, Masjid Tegalsari berdiri mandiri tanpa adanya' bantuan dari pihak manapun, apalagi bantuan pemerintah Hindia Belanda yang dalam hal ini Keraton Kasunanan Surakarta Hadiningrat.

Ditambahkan Amin, panggilan akrab dari H Al Amin SE, adalah Mas Kaji Sapawi, Mas Kaji Umar, Mas Kaji Asngari, Johar, Achmad, Ali Ngemron, Jayadi, Mas Son Haji, Mudzakir, Komari, Sapingi, Sonhadji, Marjuki dan Mustawi pastinya juga banyak dibantu oleh saudara yang lainnya untuk memasang tiang utama sebagai tetenger atau tanda didirikannya Masjid Tegalsari pada 13 Jumadil Awal 1849 ( Jawa) dan 1347 Hijriyah serta Masehi pada 28 Oktober 1928 bersamaan dengan Sumpah pemuda.


H Al Amin SE, tokoh pemuda yang tinggal berdampingan dengan Masjid Tegalsari. Bahkan merupakan turunan keluarga dari pemilik Masjid "swasta" Tegalsari. Foto : Yani.

" Disebut sebagai masjid swasta dan Masjid Jami' pertama kali di Kota Surakarta, masalahnya dana pembangunan masjid seutuhnya dibiayai dari dana mandiri swadaya para ulama dan kyai pada saat itu tanpa harus meminta bantuan kepada pemerintah Hindia Belanda yang dalam hal ini Keraton Kasunanan Surakarta Hadiningrat. Ada beberapa masjid saat itu milik Keraton atau pemerintah, lain halnya dengan Masjid Tegalsari, milik swasta. Dan disebut masjid Jami' yang dipergunakan untuk mendirikan shalat Jum'at," terang Amin.

Kebetulan saja, masih menurut penuturan Amin, lantaran ada tali ikatan persaudaraan dengan Tafsir Anom Keraton Kasunanan Surakarta Hadiningrat, sehingga segala sesuatu perijinan pun dipermudah. Wakaf tanah dari Mbah Sapawi yang tinggal di Utara Masjid Tegalsari pun segera digarap untuk berdirinya Masjid Tegalsari. Kesemuanya tidak pula terlepas dari peran jasa Mbah Kyai Adnan, salah satu Putra Ndalem dari Penghulu Tafsir Anom PB X Masjid Agung Keraton Kasunanan Surakarta Hadiningrat.

Dari Eyang Adnan, ditambahkan Amin, telah menikah dengan salah satu Putri Kyai Mas Kaji Sapawi, lengkap dan klop sudah jadinya. Mertua dan menantu, Mbah Mas Kaji Sapawi memiliki lahan tanah yang cukup luas, sedangkan sang menantu memiliki keahlian, arsitektur dalam merancang bangunan masjid. Jadilah sekarang ini adalah Masjid Jami' Tegalsari yang banyak mengandung di dalamnya unsur bersejarah.

"Ada bedug berukuran besar, dua kentongan asli dan utuh yang usianya hampir 100 tahun bersamaan berdirinya Masjid Tegalsari 28 Oktober 1928. Untuk bedug masih biasa ditabuh untuk mengundang jamaah shalat Jum'at. 4 Saka guru, tiang penyangga bangunan Limasan Jawa pada ruang utama tinggi sekitar 7 meter utuh tanpa sambungan. Marmer lantai asli dari Italia. Relief ukiran kayu jati juga masih asli," terang Amin sambil menyebutkan beberapa keistimewaan Masjid Tegalsari.

Untuk setiap hendak masuk masjid, dipastikan kondisi selalu suci. Dari usai berwudhu, masuk ke masjid harus melewati kolam air keceh yang dibuat setengah melingkari bangunan masjid atau leter U, sehingga kaki selalu bersih manakala menginjak lantai masjid. Ada pula jam Istiwa, penanda waktu shalat dengan menggunakan ketepatan waktu dari cahaya sinar matahari yang memiliki selisih 30 menitan dari waktu Jam pada umumnya. # Yani.

Thanks for reading Masjid Tegalsari Solo Banyak Memiliki Nilai Sejarah | Tags:

Next Article
« Prev Post
Previous Article
Next Post »

TERKAIT

Show comments

HOT NEWS