Sitihinggil Lor (utara) Keraton Kasunanan Surakarta Hadiningrat tampak wah dan mewah jika dibandingkan dengan Sitihinggil Kidul yang kini tampak kumuh. Foto: Yani
GUGAT news.com SOLO
Sepertinya apa yang telah disampaikan oleh beliau Gusti Pangeran Haryo (GPH) Puger, salah satu Putra Ndalem Sinuhun Paku Buwono (PB) XII Keraton Kasunanan Surakarta Hadiningrat, benar dan menjadikan fakta kenyataannya. "Sitihinggil Lor lebih gagah dari pada Sitihinggil Kidul yang tampak kumuh," urai GPH Puger mengawali kisah penuturan sejarah Sitihinggil keraton Kasunanan Surakarta Hadiningrat baik yang ada di lor atau Kidul (selatan)
Dijelaskan Gusti Puger, panggilan akrab GPH Puger jika siti itu bermakna tanah sedangkan Hinggil berarti Tinggi. Sehingga arti keseluruhan menjadi tanah tinggi yang ada berdekatan dengan Alun alun Lor juga kidul. Sebelum adanya revitalisasi hingga sekarang ini, kondisi Siti Hinggil Kidul tampak kumuh, kotor dan berbau. Bisa dimaklumi, lantaran dipergunakan sebagai kandang Kebo Bule untuk sementara waktu.
"Karena kondisi tanah duwur atau tinggi, sehingga pada saat itu dipakai semacam untuk lokasi pengintaian sekaligus penembakan terhadap musuh Belanda yang datang serta untuk sarana benteng pertahanan. Baik Sitihinggil Lor juga Kidul, sehingga di tempatkan ada beberapa senjata meriam. Itu ratusan tahun silam. Semoga saja nantinya Sitihinggil setelah Direvitalisasi akan tampak wah, mewah dan gagah sehingga tidak kumuh lagi,"harap Gusti Puger.
Setidaknya, lanjut Gusti Puger, akan tampak wibawa dan cakraknya, gagah tak lagi kumuh , kotor dan berbau meski tidak seluas bangunan Sitihinggil Lor , namun tampak kembali bersinar. Selain lebih luas lahan tanahnya, sehingga tidaklah mengherankan lagi jika ada beberapa ruangan yang ada di area Sitihinggil Lor. Termasuk ada sekitar 9 meriam artileri juga bekas lokasi pemakaman Ki Gede Solo yang kini dipindahkan ke sekitar Mloyokusuman, timur Keraton Kasunanan Surakarta Hadiningrat.
Bahkan masalah keberadaan senjata artileri meriam, masih menurut penuturan Gusti Puger, di Sitihinggil Kidul paling hanya tinggal ada 2 dan salah satunya dipinjam oleh Akademi Militer (Akmil) Magelang, Jawa Tengah. Tidak demikian dengan Sitihinggil Lor, selain ada 9 meriam yang bisa disentuh dan dilihat langsung, ada satu meriam yang pantang dilihat langsung apalagi disentuh oleh sembarang orang kalau tidak ingin kena walad atau celaka. Yaitu Meriam Nyai Setomi.
Keberadaan Meriam Nyai Setomi ini tertutup rapat di ruang kaca yang masih diselimuti kain berwarna putih. Kabarnya, pasangannya Kyai Setomo terawat rapi di Gedung Museum Jakarta yang dahulunya dipakai oleh Sultan Agung Hanyokrokusumo saat berperang melawan VOC Belanda di Batavia atau kini Jakarta. Biasanya pada bulan Maulud saat bersamaan dengan dikeluarkannya Gamelan Sekaten Kyai Guntur Madu dan Kyai Guntur Sari dari Keraton Kasunanan Surakarta Hadiningrat, Meriam Nyai Setomi dijamasi, dibersihkan.
"Selain di Sitihinggil Lor ada sejumlah meriam dan bekas makam Ki Gede Solo serta Meriam Nyai Setomi juga ada ruangan untuk menyimpan gamelan serta ruang Sitihinggil Lor yang cukup luas itu sehingga biasa dipakai acara pementasan kegiatan budaya. Ada pula Bangsal untuk peristirahatan serta ruangan yang saat itu saya pakai siaran radio budaya musik keroncong khususnya. Untuk sementara ini Kerti Projo Radio belum siaran lagi."pungkas GPH Puger sambil menambahkan Sitihinggil Lor lebih sejuk udaranya karena banyak ditumbuhi pohon-pohon rindang dan berukuran besar. #Yani.
Thanks for reading Siti Hinggil Lor Lebih Mewah Dari Siti Hinggil Kidul Keraton Kasunanan Surakarta Hadiningrat | Tags: Budaya
« Prev Post
Next Post »