Rakitan bambu yang berupa setengah badan getek atau perahu sebagai tetenger, tanda jika abad 15 silam Sungai Jenes ini merupakan pelabuhan, Bandar Kabanaran peninggalan sejarah Joko Tingkir. Foto : Yani.
GUGAT news.com. SOLO
Dikonfirmasi seputar adanya bangunan replika getek atau perahu yang dimaksudkan sebagai gambaran atau simbol kebesaran Kasultanan Pajang Sultan Hadiwijaya atau Mas Karebet yang lebih populer dengan sebutan Joko Tingkir abad 15 silam dengan Bandar Kabanaran nya, tokoh masyarakat Kampung Batik Laweyan, Rosyadi (75) mengaku sama sekali tidak tahu maksudnya dengan replika getek di bantaran bekas Bandar Kabanaran.
"Saya memang tahu dengan adanya bangunan replika getek atau perahu di bekas Bandar Kabanaran, namun tidak tahu sepenuhnya tentang maksud dan tujuannya. Yang pasti, menurut saya pribadi replika getek yang dibuat anak anak muda Laweyan itu bagus sekali. Setidaknya bisa sebagai tetenger atau tanda jika abad 15 silam itu, Sungai Jenes Bandar Kabanaran itu sudah cukup ramai sekali lalu lintas niaga dari berbagai daerah di Nusantara,"papar Rosyadi tersenyum.
Dengan replika itu, lanjut Rosyadi, bisa menjadikan rasa kebanggaan tersendiri bagi warga masyarakat Kota Solo umumnya dan pastinya warga masyarakat Kampung Batik Laweyan khususnya, peninggalan heritage bersejarah yang memiliki nilai peradangan budaya sangat tinggi. Semoga saja kepedulian anak anak muda kampung Laweyan ini menjadi gayung bersambut.
Artinya, masih menurut penuturan Rosyadi, apa yang menjadikan niat baik tulus ikhlas dari mereka para anak anak muda Laweyann itu bisa menjadikan perhatian khusus tersendiri dari pemerintah. Boleh jadi pemerintah Kota Surakarta bekerja sama dengan Pemerintah Kabupaten Sukoharjo untuk bisa memenuhi keinginan anak anak muda kembali mengangkat heritage bersejarah peninggalan leluhur agung, Kasultanan Pajang Sultan Hadiwijaya atau Mas Karebet yang lebih populer dengan sebutan Joko Tingkir.
"Pastinya sangat disayangkan bilamana peninggalan sejarah leluhur agung dari Sultan Hadiwijaya atau Mas Karebet yang lebih populer dengan sebutan Joko Tingkir abad 15 silam ini, terabaikan dan mangkrak. Bahkan mirisnya, sekarang ini tampak kumuh kotor dan dangkal sekali airnya. Semoga saja apa yang menjadikan keprihatinan sekaligus kepedulian anak anak muda Laweyan itu mendapat respon dari pemerintah. Diangkatnya sejarah Bandar Kabanaran," harap Rosyadi. #Yani.
Thanks for reading Getek Bambu Tetenger Bandar Kabanaran Joko Tingkir | Tags: Budaya
« Prev Post
Next Post »