Gusti Kanjeng Ratu (GKR) Wandansari Koes Moertiyah (biru) didampingi adiknya GKR Koes Indriyah tampak khusyuk berdoa di depan pusara makam keponakannya tercinta Bendoro Raden Mas (BRM) Aditya Soerya Herbanu SH di Kompleks Pasarean Ndalem Ki Ageng Henis, Laweyan. Foto : Yani.
GUGAT news.com SOLO
Langit mendung siang itu di sekitar Kompleks Pasarean Ndalem Ki Ageng Henis, Laweyan mendadak berubah menjadi terang benderang, cerah berawan putih bersamaan dengan datangnya mobil jenazah pembawa jasad Cucu Ndalem Sinuhun Paku Buwono (PB XII) Keraton Kasunanan Surakarta Hadiningrat, Bendoro Raden Mas (BRM) Aditya Soerya Herbanu, tiba di depan Masjid tertua di Solo, Masjid Laweyan. Sabtu (17/1) siang sekitar pukul 10.15 WIB.
Tak lama kemudian, puluhan barisan Senopati Mataram pun siap mengangkat peti jenazah menuju pendopo ageng peninggalan Ketaton Kasultanan Pajang Sultan Hadiwijaya atau Mas Karebet yang lebih populer dengan sebutan Joko Tingkir abad 15 silam, untuk di shalat kan. Puluhan kerabat Ndalem, Sentana Ndalem dan Abdi Ndalem yang di imami oleh ulama keraton pun segera mendirikan shalat jenazah di Bangsal peninggalan Joko Tingkir.
Begitu selesai shalat jenazah, kembali peti jenazah di angkat untuk menuju area Komplek Pasarean Ndalem Ki Ageng Henis. Setelah diistirahatkan barang sejenak di samping liang lahat, kembali peti jenazah diusung untuk di masukkan ke liang lahat, peristirahatan terakhir Ndoro Dimas, panggilan akrab BRM Aditya Soerya Herbanu SH. Begitu selesai dimakamkan, sayu persatu Putra Putri Ndalem Sinuhun Paku Buwono XII Keraton Kasunanan Surakarta Hadiningrat, wayah ndalem hingga abdi dalem mengamini doa yang dilantunkan ulama keraton.
Tampak berdoa khusyuk Putra Putri Ndalem Sinuhun PB XII, Kanjeng Gusti Pangeran Haryo (KGPH) Puger, KGPH Madu Kusumo, Gusti Kanjeng Ratu (GKR) Wandansari Koes Moertiyah yang akrab disapa Gusti Mung, GKR Koes Indriyah atau Gusti Ayu serta Putri Ndalem Sinuhun PB XIII, GKR Timur Rumbai sekalih ratusan kerabat Ndalem, Sentana Ndalem dan Abdi Ndalem Keraton Kasunanan Surakarta Hadiningrat. Begitu selesai berdoa, ritual tabur bunga pun dilakukan.
Dikonfirmasi tentang kenapa tidak dimakamkan di Imogiri, Bantul, Yogyakarta, tempat pemakaman keluarga Raja Sinuhun Paku Buwono dan Sultan Hamengku Buwono? Gusti Puger panggilan akrab KGPH Puger pun menjawabnya singkat," perlu biaya besar, setidaknya ada persiapan dana tidak kurang dari Rp 50 juta."
Bukan hanya itu saja, lanjut Gusti Puger yang mengaku akrab sekali dengan keponakannya semasa kecilnya yang seperti putranya sendiri, pasalnya usianya berselisih 22 tahun. 45-67 itu, di Pasarean Ndalem Ki Ageng Henis, Laweyan, selain menghemat biaya juga ketika harus ziarah ke makam lebih dekat sekali Keraton Kasunanan Surakarta Hadiningrat daripada harus ke Imogiri, Bantul. " Pastinya lebih irit transportasi nya," papar KGPH Puger seraya mengusap air mata. #Yani.
Thanks for reading Telah Berpulang Ke Rahmatullah BRM Aditya Soerya Herbanu SH Cucu PB XII | Tags: Peristiwa Sosial
« Prev Post
Next Post »